Untuk beberapa minggu setelah pertemuanku (dan percumbuan) pertama dengan Dion, dia selalu mengirim SMS setiap hari Jumat siang, memintaku untuk datang ke apartemen dia malamnya, dan aku tak punya pilihan kecuali untuk menuruti kemauan dia.
Biasanya aku datang sekitar jam 10 malam, mengenakan pakaian seadanya (biasanya aku mengenakan rok mini dan sekedar t-shirt), lalu kami berdua duduk di ruang tamu. Mulanya memang agak kaku, tapi lama-lama Dion menjadi sering bercerita tentang hari-harinya di sekolah, sambil suara TV mengisi latar belakang di ruangan. Mau tak mau, aku seolah-olah menjadi pacar Dion yang tempat curhat, teman mengobrol, bertukar ide. Aku hanya mengangguk-angguk mendengar cerita Dion, sesekali memberikan saran atau bertanya. Beberapa lama sesudah Dion mulai bercerita, biasanya kami berdua tahu-tahu sudah saling berciuman di ruang tamu, entah siapa yang memulai.