Beberapa minggu terakhir ini Doni dan aku bergantian menyetir ke kota masing2 hampir setiap akhir pekan. Sabtu dan Minggu selalu kami lalui penuh dengan hubungan intim yang seru bak pasangan yang sedang berbulan madu. Teman2ku selalu mengerling dengan nakal kepadaku ketika mereka melihatku berjalan dengan agak aneh setiap hari Senin.
Jumat ini kebetulan adalah hari ulang tahun Indra, salah satu pelajar Indonesia yang suatu waktu pernah menjadi seks partnerku. Setelah aku mendengar dari teman2 yang lain bahwa Indra sering menyombong bahwa ia sudah sering mencicipi tubuhku, dan bahkan menceritakan secara detil percumbuan kami di ranjang, kuputuskan hubungan itu, sampai akhirnya dia "memperkosa"ku di tepi jalan saat pesta di rumah Ita (baca isi diary sebelumnya).
Sejak ia menyadari bahwa aku tidak melaporkan perkosaan itu kepada polisi, bahkan aku sebenarnya menikmati sekali diperkosa seperti itu, Indra semakin berani berbuat semaunya kepadaku.
Ita meneleponku hari Kamis malam untuk mengajakku pergi ke pesta ulang tahun Indra. Sebenarnya aku risih sekali, dan agak takut bertemu kembali dengan Indra, tapi Ita memohon-mohon dengan memelas sekali untuk ditemani. Cowok kecengan Ita yang baru akan ada di pesta itu, dan Ita tidak ingin pergi sendirian. Kupikir toh Doni akan datang besok, dan ada yang bisa melindungiku dari Indra, jadi aku akhirnya mengiyakan permintaan Ita.
Hari Jumat tiba, dan sore2 itu Doni meneleponku dari jalan, ternyata mobilnya rusak tidak lama setelah dia mulai menyetir ke arah kotaku. Dia mesti menelepon tukang derek, dan kemungkinan besar dia tidak akan bisa datang akhir pekan ini.
Ingin sekali rasanya aku membatalkan rencana bersama Ita pergi ke pesta malam itu, tapi sebelum aku sempat mengangkat telepon, bel rumahku sudah berbunyi dan Ita sudah sampai. Akhirnya aku pun pergi dengan penuh rasa was-was bersama Ita. Sambil mengomel-ngomel aku mengenakan pakaian pesta : kemeja tangan panjang yang agak pas, dan celana jeans yang ketat, sengaja aku memilih pakaian yang tidak terlalu seksi, supaya tidak menarik perhatian Indra.
Setibanya di pesta itu, Ita langsung menyeret tanganku menuju cowok kecengan dia, yang memang kuakui cukup ganteng, mungkin jika aku bertemu dengan dia di tempat lain aku tidak akan menolak tidur dengan dia. Sementara itu aku melihat kiri-kanan supaya bisa menghindari Indra jika dia datang.
Tanpa diduga, Ita dan cowoknya malah semakin asyik mengobrol dan berpegangan tangan, tak lama kemudian mereka berdua pun mengeloyor mencari kamar tidur supaya "lebih bebas mengobrol" katanya.. Huh..aku pun tahu apa yang dimaksud Ita.
Jadilah aku ditinggal sendiri di ruang tamu yang ramai itu..
Demi menghindari Indra, aku pindah ke balkon sambil menikmati pemandangan di luar. Beberapa menit aku berdiri sambil menunggui Ita, seorang cowok muncul di balkon, dan mulai mengobrol denganku. Ternyata dia adalah teman Indra dari kota lain, dan dia datang khusus untuk pesta ulang tahun ini. Tommy berwajah cukup keren dan bertubuh atletis. Kami minum2 sambil mengobrol cukup lama di balkon sambil sesekali dia mencuri2 pandang tubuhku.
Obrolan kami berlangsung dengan seru, dan aku pun sesekali mencuri2 pandang otot lengannya yang besar sambil membayangkan tangan itu meremas payudaraku atau pantatku.
Entah bagaimana mulainya, tiba2 kami berdua sudah berciuman di balkon itu, tangan Tommy yang kekar meraba2 punggung bawahku yang sangat sensitif. Tanganku menyusup ke dalam celananya, mencari2 penisnya.
Sekitar 10 menit kami bercumbu di balkon sambil merangsang satu sama lain. Tommy lalu menggamit tanganku, dan mengajakku mencari kamar di rumah Indra. Kami berkeliling dari lantai satu ke lantai dua, kebanyakan kamar sudah diambil pasangan lain yang sedang berasyik-masyuk. Kami bisa mendengar desahan2 dan jeritan2 sambil melalui pintu2 yang terkunci. Aku hanya tersenyum membayangkan sebentar lagi aku akan mendesah2 seperti para wanita di dalam kamar.
Akhirnya Tommy menemukan pintu kamar yang tak terkunci di pojok lantai 2, jauh sekali dari keramaian pesta. Kami berdua pun menyelinap ke dalam, dan langsung saling membukakan baju satu sama lain. Tommy dengan santainya membuka bra-ku sambil mencium dan menjilat tubuhku, lalu dia menurunkan celana dalamku sambil menjilat2 kemaluanku dari depan. Aku sudah sangat terangsang, memandangi Tommy dengan mata sayu dan tanganku mulai meremas2 payudaraku sendiri. Anehnya, Tommy hanya berdiri di depan ranjang, dan tidak langsung menindih tubuhku seperti biasanya cowok2 lain.
Lalu dia mengantungi celana dalamku, "Buat kenang2-an, ness. Bodi elo hot banget.. sayang gue engga bisa jadi yang pertama ngentotin elo malem ini".
Mendengar itu aku pun menjadi bingung dan agak was-was.. Tommy berbalik menuju pintu, dan keluar kamar. Dari dalam kamar aku bisa mendengar dia berbicara dengan orang lain,"Tuh, ada di dalem. Mana duit taruhan ?". Aku mulai mengenakan kemejaku dan ingin secepatnya keluar dari rumah itu.. malu sekali rasanya menjadi barang taruhan.
Tapi, tak lama setelah mereka selesai berbicara di luar pintu, aku masih sedang mengancingi kemeja ketika tiba2 pintu kamar terbuka dan langsung ditutup dan dikunci kembali. Aku membalikkan badan dan melihat Indra di dalam kamar!
Dari sirat matanya sudah jelas apa yang dia inginkan, rupanya dia bertaruhan dengan Tommy untuk membawaku ke kamar ini, dan sekarang aku terpojok setengah bugil di sini.
Indra mendekatiku pelan2 seperti kucing yang mengintai tikus kecil. Aku berusaha lari ke arah pintu, tapi dia menangkapku dan membanting tubuhku ke ranjang.
"Ness, loe ngelawan sepuasnya, tapi gua tau loe bakal orgasme berkali-kali di kontol gua malem ini. Dijamin lebih enak daripada kontol si Doni hahahaaa".
Sambil menindih tubuhku, Indra mencium bibirku secara paksa, tanganku berusaha mendorong tubuhnya. Entah darimana, tiba2 Indra mengeluarkan sepasang dasi ,"Sorry yah Ness, engga ada tali, dasi pun jadi heheee..", dan dengan sigap dia menangkap satu tanganku, dan mengikatnya ke ujung ranjang. Tanganku yang lain pun kalah kuat dan akhirnya diikat ke ujung yang lain.
Indra berdiri di samping ranjang, dan dengan santai membuka bajunya sendiri. Penisnya berdiri tegak siap menikmati tubuhku yang setengah telanjang. Lalu Indra mulai melucuti kancing kemejaku satu persatu.
Tangan Indra dengan nakal menjamah buah dadaku, membelai dan meremas. Ketika ia mulai menjepit puting payudaraku dengan jarinya, aku tak bisa menahan desahan nafsu yang keluar dari bibirku.
Dengan mata tertutup aku mendongakkan kepalaku dan menikmati rangsangan2 di payudaraku.
"Ndra, please jangan dong.. aku kan sudah punya cowok, ntar kalo ketahuan Doni gimana"
"aah.. tadi sama si Tommy elo kan udah mau iya engga ?", Indra menyeringai sambil melihat tubuhku,"Gua paling suka emang sama bodi elo, ness.. mm.. bikin gua nafsu setiap kali. Makanya jangan jual mahal tuh.. kan gua jadinya mesti perkosa elo.
Mmm.. enak juga yah si Doni, bisa ngentotin elo kapan aja." Sambil berdecak tangan Indra meraba-raba ke daerah sensitif di antara pahaku.
"Pikir-pikir.. gua juga bisa sih merkosa elo kapan2 aja hahahaha". Aku menggeliat-geliat mencoba melepaskan diri dari ikatan di tanganku. Ikatan di tangan kiriku sudah mulai kendor, dan aku semakin bersemangat membebaskan diri ketika tiba-tiba Indra menghujamkan kemaluannya ke vaginaku. Beberapa saat aku terdiam, tidak mampu bereaksi dilanda segala macam perasaan : sakit, kaget, dan juga terangsang.
Ketika aku mulai sadar dari kekagetanku dan menyadari tubuh kami telah bersatu, Indra malah tambah cepat memacu persenggamaan kami. Tangan Indra memegang pinggulku, menarik tubuhku setiap kali ia mendorong penisnya masuk.
Aku berusaha menahan gejolak nafsu yang meninggi, tapi sedikit demi sedikit kenikmatan dari persetubuhan itu mengikis pertahananku.
Bibir Indra berusaha mencari bibirku untuk french kiss, dan aku berusaha menghindari ciuman yang sangat intim itu.
Jemari Indra merayap ke bawah, mencari tombol kenikmatanku. Ketika akhirnya dia mulai mengusap-usap klitorisku, segala pertahananku bobol. Bibirku bertemu dengan bibir Indra, dan kami berciuman dengan penuh nafsu. Kakiku bersilang di belakang punggung Indra, menarik penisnya masuk lebih dalam dan vaginaku meremas-remas penisnya.
Orgasme yang luar biasa...
Kurasakan cairan sperma Indra muncrat di dalam rahimku, bersatu dengan cairan cintaku dan memacu orgasmeku yang berikutnya.
Ketika akhirnya nafas kami berdua mereda, Indra bangkit berdiri dan mulai melepaskan ikatan di tanganku.
"gila loe ya Ndra, kalo gua hamil gimana, seenaknya aja keluar di dalam gue"
"aah ness, elo kan dari dulu juga minum pil KB. Gua juga tahu koq.. elo paling suka ngerasain sperma muncrat di dalam "
aku terdiam karena gertakanku gagal.
Gilanya aku kemudian malah menarik tangan Indra ke payudaraku dan aku mulai menjilati kemaluannya yang sedikit menyusut. Lalu aku menanggalkan kemejaku dan menungging di atas ranjang, mengundang "pemerkosaku" untuk menyetubuhiku lagi. Indra hanya tersenyum, dan mulai menjilati punggungku sambil tangannya meremas-remas payudaraku.
Kami bersetubuh beberapa kali lagi di dalam kamar itu : aku berdiri menghadap tembok dan Indra menyetubuhiku dari belakang, lalu dengan posisi aku duduk di meja dan Indra berdiri di antara pahaku sambil menggoyangkan pinggulnya, dan terakhir aku menunggangi tubuh Indra yang telentang di atas karpet.
Ketika kami berdua akhirnya puas menikmati tubuh satu sama lain , kami berpakaian dan berjalan kembali ke pesta di lantai dasar rumah itu, Ita sudah menunggu dengan muka cemberut. Dia langsung menarik tanganku keluar rumah menuju lapangan parkir. "Ta, ada apa sih?"
"Ayam kampung tuh cowok.. digencar dikit udah buyar tuh"
Aku hanya ketawa cekikikan sambil menyetir pulang bersama Ita.
3 comments:
Nice story... turn me on..
woah how nice you girl, I wanna fuck you deep
whatta . . hot story hunny, keep da good job
Post a Comment