Friday, December 24, 2021

Konferensi, Part 1

Setiap akhir tahun, sekitar bulan November / Desember, aku menghadiri konferensi seputar teknologi komputasi awan (Cloud computing). Konferensi itu biasanya diadakan di Las Vegas, penuh dengan ceramah / session tentang berbagai produk baru, trend masa depan, dan berbagai penyedia jasa untuk cloud computing. Tahun lalu konferensi ini 100% virtual, tapi tahun ini kita kembali bertemu di dunia nyata. 

"Ness, aku sepi banget lho ditinggal sendiri," Doni berbisik di telingaku, kami berdua menikmati kehangatan pasca persenggamaan sambil berpelukan. 
"Hmmh," aku bergumam sambil mata setengah tertutup, menikmati kehangatan selimut di malam yang dingin itu.
"Kalau kesepian, kan tidak baik itu," Doni meneruskan. 
"ya, nanti kemasukan setan," balasku seenaknya.
Doni tidak langsung membalas, tapi malah membelai payudaraku dengan tangan kanannya, sesekali mengusap dan mencubit. Cowok-ku ini memang pandai sekali membangkitkan nafsu. 
Aku menyelinap kebawah selimut, mencari kemaluan Doni yang masih tertidur. Perlahan kukecup kepalanya, kujilat dan ku-emut batangan yang mulai membesar dan mengeras. 
"Ness, dua minggu kita engga bisa begini.. <uhhhh>," Doni mulai  merasakan efek2 dari pelayananku. 
"Engga bisa gimana Don?"" godaku, sambil ganti mengocok batang Doni dengan tanganku. Aku beringsut ke atas tubuh Doni dan mengarahkan batangnya, "Engga bisa seperti ini ya?" sambil menurunkan pinggulku ke batang kemaluan Doni yang tegak dan keras. Perlahan-lahan aku memutar pinggul, mengocok kemaluan Doni dan sesekali naik-turun membiarkan batangnya menyeruak kedalam celah kewanitaanku. 
Doni mulai tak sabaran, tangannya menggenggam pantatku sambil aktif mendorong pinggulnya ke atas. Tapi aku masih dominan mengontrol persetubuhan itu dengan posisiku di atas. Dengan perlahan aku terus memutar pinggulku sambil naik turun, dan mendesah lirih di kuping kanan Doni. Godaan itu sukses membuat Doni semakin terangsang, batang penisnya terasa mengeras, kepala Doni mendongak keatas dengan mata tertutup, seolah ingin mentertibkan desakan nafsu yang sebentar lagi akan mengambil alih. Tapi aku tahu sekali sifat2 cowokku ini, dan aku tahu persis cara2 memuaskan nafsunya. Aku mendesah lagi di kupingnya,"uhhhh Don, keras banget kontolnya.Masukin lagi, lebih dalam".Dengan satu lagi jilatan di kuping, kemaluarn Doni tiba2 menjadi sangat keras dan memuntahkan sperma di dalam rahimku. Ku goyang pinggulku perlahan sampai semprotan hangat sperma berhenti dan kemaluan Doni menyusut. Aku tersenyum melihat Doni yang terengah-engah, kukecup bibir cowokku yang ganteng itu, lalu aku beringsut turun untuk membersihkan batangan Doni yang berlumur cairan kami berdua. 

"Ness, apa kamu engga mupeng kalo sedang business trip?"
"Ya, kadang2 sih." Dunia kerja ku sangatlah teknis, dan penuh dengan cowok2. Jarang sekali aku menemui cewek lain di konferensi seperti ini. Dan banyak sekali cowo2 itu yang iseng mengajak aku tidur, tapi Doni tidak tahu itu. Selama ini aku selalu setia dengan pacarku yang kucintai. 
"Emm.. kan kita berdua sudah sering bertualang, sebelum kita mulai pacaran. Kalau sedang business trip seperti ini, gimana kalau kita bebas saja. Anggap saja kita masing2 single selama dua minggu?"
"Kamu yakin, sayang? Aku tahu banyak cewek2 yang Whatsapp kamu, bekas teman bertualang, atau pun yang baru ketemu. Aku sendiri rela kalau ada cewek lain yang menemani kamu bobo - asal kita masih saling cinta. Tapi apa kamu rela kalau ada cowok lain yang mengajak aku tidur, Don?" Tanpa aku sangka, kemaluan Doni menggeliat bangun dengan kalimat terakhir itu. Aku melihat mata Doni dalam2, lalu mencium bibirnya french kiss. Bibir Doni menyusur rahangku, turun ke leher sambil menjilat dan agak kasar mengigit leherku. 
Kedua tangan Doni memegang lenganku dan mendorongku terlentang di ranjang. 

"Siapa Ness ? Siapa yang mengajak kamu tidur?" Pergelangan tanganku masih dipegang erat2, kemaluan Doni terasa keras dan kokoh menyentuh pahaku. 
"Ada beberapa cowok Donnn... setiap konferensi beda2 kok," aku menggoda Doni.
"Terus, sudah berapa cowok yang kamu layani di konferensi?" kemaluan Doni menyapu bibir kemaluanku yang basah dengan sisa2 persetubuhan sebelumnya, dan mengancam untuk masuk lagi. 
"Belum pernah say, aku engga mau tidur dengan teman sekerja. Tapi.. "
"ya? tapi apa? " ujar Doni tak sabar. Kemaluannya masih menggesek2 bibir bawahku, semakin lama semakin terasa enak. 
"Ada beberapa teman kerja yang membuat aku tergoda, setiap kali aku duduk dekat mereka, aku selalu jadi basah"

Doni masih memegang kedua tanganku, sambil menjilat puting payudaraku perlahan. 

"Terakhir kali kita konferensi, di malam terakhir kita berenang di hotel. Aku mengenakan bikini kecil yang warna putih, dikelilingi empat cowok yang berotot dan ganteng. Sudah beberapa minggu aku engga ketemu kamu, aku kesepian. Aku mulai berciuman di hot tub dengan salah satu cowok itu, Bob. Lalu aku pindah duduk di pangkuan cowok yang lain, kami french kiss beberapa menit, tangannya menjelajahi tubuhku, setiap inci dan lekukan. Aku pindah lagi ke cowok berikutnya setiap beberapa menit, sampai mereka semua sudah sangat keras dan siap melanjutkan di kamar hotel. Jantungku berdebar-debar membayangkan apa yang akan terjadi, satu cewek Asia dan empat cowok bule, semua sudah sangat terangsang. Aku berdiri dan melilitkan handuk, tapi sebelum aku sempat mengajak empat cowok itu ke kamarku, beberapa teman kerja lain datang ke kolam renang dan merusak suasana. Aku pulang ke kamarku dan memuaskan sendiri"

Doni sudah tidak bisa menahan diri, seluruh batang kemaluannya amblas di kewanitaanku dengan satu kali dorong. Bibir bawahku yang masih basah dengan sperma Doni, terasa licin berusaha mencengkeram batang Doni keluar masuk. 
Persetubuhan kali itu terasa seperti Doni membalas dendam karena aku hampir memberikan tubuhku untuk di-gangbang empat teman kerja. Tidak ada kelembutan sama sekali dalam persenggamaan itu, yang ada hanyalah Doni menuntaskan nafsunya. Dalam hitungan menit, Doni lagi lagi menumpahkan spermanya di dalam rahimku dan ambruk di pelukanku, terengah-engah. 

"Suka ceritanya ya say ?" ujarku tersenyum. Cowokku ini memang lucu deh. 
"Apa itu cuma sekedar cerita?" Doni masih berusaha mengejar napas. 
"Menurut kamu, gimana?" aku tersenyum menggoda Doni, sambil mengurut kemaluan Doni yang mulai keras lagi. 
Tampang Doni menjadi serius lagi,"Menurut aku, kamu sebenarnya berhasil mengajak empat cowok itu ke kamar hotel." Doni menatapku dalam2. Lagi2 kemaluannya mengeras berlumuran cairan kami berdua, dengan lututnya dia membentangkan pahaku. 
"Terus?"
"Apa perlu aku jelaskan setiap tahap? Kamu mengundang empat cowok ke kamar hotel, hanya mengenakan bikini yang mempertontonkan tubuh kamu. Mau gua tunjukin apa yang terjadi?" Kemaluan Doni sudah sangat keras lagi, aku balas menatap wajahnya, dengan bibir tersungging setengah tersenyum. 
Perlahan-lahan Doni membelah kewanitaanku dengan batangnya,"Mula2 satu cowok mengajak kamu ciuman, mungkin kalian berpelukan dan pura2 slow dance dengan musik, tapi kita tahu apa tujuan sebenarnya. Cowok-cowok lain agak malu, menonton kalian berdua saling merangsang satu sama lain. Tak lama kemudian, cowok itu semakin berani mempreteli bikini kamu, dada kamu yang bugil, terlihat semua orang di kamar. Lalu kamu menggoyangkan pinggul untuk meloloskan bikini bawahmu. Kamu berdua berciuman sambil berjalan ke ranjang, vaginamu sudah sangat basah dengan lendir, siap dicumbui pejantan yang bukan pacar atau suamimu." Doni menghentakkan kemaluannya masuk sangat dalam, lalu mulai mengentot dengan kasar. "Seperti ini, cowok itu seenaknya meniduri cowok aku. Ness, kamu itu milik aku, Doni. Jangan lupa itu." Sambil mengucapkan kalimat itu, Doni berejakulasi di dalam rahimku lagi, seolah-olah menegaskan masalah kepemilikan. 
"Donnn.. memek aku ini milik kamu. Ayo, ayo isi dengan peju kamu"

Kami berdua ambruk di ranjang, mengejar napas. Perlahan2 tertidur saking capainya melayani satu sama lain.

Ditengah kegelapan malam, tangan Doni kembali mengusap-usap pinggangku dan turun ke pantat, meremas-remas di antara kakiku. Aku terbangun ketika Doni menggesek batangnya yang tegang ke celah kewanitaanku yang basah. 
"Say, masih mau ya?"
"uhhhh" Doni hanya menggumam sambil menggoyang kemaluannya di atas pinggulku.

"Ness, cerita dong, apa yang sebenernya terjadi dengan empat cowok itu?"
"Say, engga terjadi apa-apa. Malam itu aku berenang sendiri, hot tub sendiri, lalu tidur sendiri."

Doni menjilat leherku sambill sesekali mencupang meninggalkan warna merah di leher, seolah menandai aku sebagai miliknya. 
"Kalau aku bilang kamu boleh bertualang selama di konferensi, gimana?"
"Ya, aku penasaran sih. Tapi kamu apa rela? Cewek kamu dicumbui lelaki lain?"
Kemaluan Doni menjadi keras lagi, seiring dengan pertanyaan itu. Doni menggeser pinggulnya, mencari jalan masuk untuk kemaluannya.
"Don, kalau aku ditiduri cowok lain, gimana perasaanmu? Apa kita masih bisa terus pacaran? Aku engga mau kehilangan kamu lagi" Aku menggenggam kemaluan Doni dan membantu mengarahkan. 
Doni mulai mendorong sedikit masuk, "Ness, gimana kalau kamu lebih suka cowok lain?"
"Don, aku cinta kamu. Seks sih boleh2 saja dengan cowok lain, tapi aku mau pacaran dengan kamu, nikah, berbagi hidup, hanya dengan kamu" Aku mendorong pinggulku keatas, menyambut kemaluan Doni. Kuputar pinggulku perlahan, mata saling menatap satu sama lain, menyelidiki kesetiaan hati dan jiwa. 
Doni perlahan mulai menggoyang tubuhnya, membangun gelombang nafsu dalam percintaan ini. "Ness, aku sayang kamu"
"Aku sayang kamu Don,"nafasku tergoncang seiring hentakan pinggul Doni. Aku mengelus tampang Doni, menuturi sudut matanya, ke kuping, dan turun ke rahangnya, "Aku cinta kamu Don". Sementara Doni lagi-lagi menumpahkan spermanya ke dalam tubuhku. 

[To be Continued]