Friday, February 19, 2010

Fantasi jadi kenyataan

Para pembaca setia blog ini sudah kenal sekali dengan salah satu fantasi seks favoritku : diperkosa. Menurut sebuah studi, 62% wanita pernah berfantasi diperkosa (NOTE : BUKAN BERARTI MEREKA INGIN DIPERKOSA!! ini hanyalah fantasi, beda dari kenyataan). Mengapa wanita punya fantasi kasar seperti ini ? ada beberapa teori dari psikolog terkemuka, antara lain karena nilai-nilai moral (apalagi di dunia timur) menganggap wania yang suka seks itu sebagai amoral. Padahal sebagai wanita, aku suka sekali dengan seks. Dengan fantasi (SEKALI LAGI, BUKAN KENYATAAN) seks, kami bisa mengeksplorasi seks tanpa merasa bahwa kami itu amoral (tokh seks-nya dipaksa).
Ini cerita tentang aku meneruskan fantasi seks-ku dengan pengalaman yang beda, pada saat cerita ini terjadi, Kyle dan aku hanyalah teman biasa yang kadang2 suka tidur bareng (kalo enggak salah istilah-nya TTM ya ? )

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cape sekali rasanya, seharian duduk di konferensi profesional mendengarkan pembicara demi pembicara, melihat powerpoint slide tak ada habis-habisnya. Pikiranku melayang-layang mengantisipasi pertemuan malam itu....

Beberapa hari yang lalu, aku menge-post sebuah artikel di Craigslist :
Young, 24f brunette looking for someone to fulfill fantasy of rough sex / rape (Safe).  I will be in Vegas for 5 nights, let's meet & chat and see where it goes from there. Can host in my hotel room.



Banyak sekali balasan e-mail yang masuk, kupilih sekitar 5 orang, dan setelah screening lebih lanjut lewat e-mail / chat, aku memutuskan untuk bertemu dengan salah satu cowok pada malam pertama konferensi, di sebuah club bernama Tryst. Kalau aku merasa sreg dengan dia, menurut perjanjian kami, aku akan memberikan nama hotel dan kunci kamarku, dan dia tinggal memilih kapan saja untuk "memperkosaku".

Session terakhir hari itu akhirnya beres juga, team dari perusahaanku (kami berlima) memutuskan untuk mencari makan malam dulu. Setelah makan malam usai, akhirnya aku tiba kembali di kamar hotelku sekitar jam 10, dengan cepat aku berganti baju yang cocok untuk nightclub, kira2 seperti dibawah ini :


Kami sudah saling bertukar foto lewat e-mail, jadi aku berjalan keliling nightclub mencari-cari cowok itu. Kutemukan dia sedang duduk di bar mengobrol dengan orang2 di sebelahnya. Ketika dia melihatku datang, matanya menjelalat melihati tubuhku atas dan bawah, seperti menelanjangiku di otaknya. Kami mengobrol lama sekali malam itu, ternyata Edward (cowok itu) orangnya sangat menarik, berpengetahuan luas dan terbuka. Dengan cepat kita berdua merasa sangat akrab dengan satu sama lain, dan aku terus terang cukup tertarik dengan penampilan fisik dan kepribadian dia. Kami sempat membicarakan juga batasan-batasan tertentu dalam "perkosaan" itu -- tidak boleh merusak tubuhku, jangan sampai ada tanda2 yang terlihat jelas di hari sesudahnya (aku masih mesti kerja / konferensi), dan aku memilih kata sandi yang jika disebutkan, berarti permainan kami mesti berhenti.
Di akhir pertemuan itu, aku menyelipkan kartu kunci kamarku ke dalam jas dia, lalu kami saling mencium pipi, dan berpisah untuk malam itu. Aku kembali ke kamarku, melepaskan semua bajuku dan menyelinap ke ranjang dan selimut yang hangat.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan sangat pelan.. tiap kali ada orang lewat di depan pintu kamar hotelku, jantungku berdebar dengan kencang. Tanpa kusadari, rasa takut yang kualami persis seperti orang yang akan diperkosa, kadang-kadang susah sekali untuk tidur.

Hari ke-empat tiba, tinggal satu hari lagi konferensi. Terbersit pikiran, mungkin Edward merasa galau dan takut dengan permainan yang bisa berkonsekwensi serius ini, sudah pernah kejadian dimana polisi dan penjara terlibat dalam permainan seks seperti ini. Sambil menenteng tas laptopku, aku berjalan melintasi lobby hotelku, sibuk memikirkan tentang Edward. Lift penuh sekali dengan orang2, baik peserta konferensi maupun turis2, semuanya berdesakan di dalam ruangan yang kecil itu.


Satu persatu, orang2 di lift keluar di lantai masing2, meninggalkanku sendiri di dalam. Sambil memikirkan rencana makan malamku, aku berjalan ke arah kamar hotelku di salah satu lantai teratas bangunan itu. Seperti biasanya, aku masuk ke kamar, dan langsung menaruh tas tangan dan laptop ku, lalu aku mulai menanggalkan pakaianku satu persatu dan duduk di sofa melepas penat.

Aku duduk di sofa menonton TV, mencari-cari acara yang menarik, tapi ternyata tak ada. Sambil merencanakan makan malam, aku berjalan telanjang melintasi living room ke arah teleponku, tadinya aku bermaksud menelepon teman sekerjaku untuk makan malam bersama. Tapi tiba2 sebuah tangan membekap mulutku dari belakang dan dengan erat sekali memegang tubuhku. Dengan kuat, sepasang tangan itu menyeretku kembali ke arah sofa, dan mencampakkan tubuhku ke atas sofa.

Baru saja aku menarik napas untuk berteriak minta tolong, sebuah tangan lelaki menempeleng pipiku. Mataku berkunang-kunang dan pipiku terasa pedas... sepotong besi yang dingin terasa menempel di leherku, muka lelaki yang tertutup topeng ski itu mendekat ke mukaku,"Kalau kamu berteriak, aku bunuh.... mengerti ?? ". Pertanyaan yang diucapkan dengan sangat lembut itu, hamir melirih, namun aku mengerti jelas, dan hanya bisa mengangguk pelan. Aku dan Edward memang sudah membicarakan semua ini sebelumnya, batasan-batasan tertentu untuk adegan perkosaan ini, termasuk pisau dan ancaman itu.

Seterusnya, dia menutup mataku dengan sebuah sapu tangan yang lebar. Sepotong kain dipaksa masuk ke mulutku untuk membekap suara2. Sementara itu cairan di selangkanganku sudah mengalir dengan deras membasahi sofa dan paha dalamku. Kedua lenganku diikat di belakang punggungku.

Susah sekali rasanya aku menjelaskan perasaanku saat itu, tegang setengah mati, tapi juga sangat terangsang, sangat excited. Meskipun aku tahu ini akan terjadi, dan kami sudah membicarakan batasan2, ketika lenganku diikat, dan mataku di tutup, sulit sekali rasanya membedakan antara fantasi dan kenyataan. Sampai sekarang, seminggu setelah kejadian itu, jantungku masih berdebar-debar dan keringat dingin mengucur membayangkan apa yang terjadi...   Meskipun ini bukan perkosaan pertamaku, tapi tetap terasa beda dari yang sebelumnya.

Adegan seks pertama berlalu dengan cepat, kami berdua sama-sama sangat terangsang dengan situasi. Edward menyampirkan tubuhku di sandaran sofa, dan dengan tanpa ampun memperkosaku dari belakang. Beberapa tamparan di pantatku hanya menambah stimulasi sensualku. Ketika tangannya yang kasar mulai meremas-remas payudaraku, dan kemudian menggenggam leherku dengan keras, aku berorgasme dengan kencang, punggungku membusur membentuk siluet yang seksi. Sementara itu dia terus menerobos kemaluanku dari belakang tanpa berhenti, 1-2 detik kemudian terasa semprotan sperma yang hangat di vaginaku. Kami berdua teronggok di atas sofa, terengah-engah mencari oksigen.


Untuk 3 jam berikutnya, kami berdua dengan tak henti-hentinya bersetubuh di semua permukaan di kamar hotel itu, mulai dari bar kecil, meja makan, bahkan ada satu adegan di mana tubuhku di dorong ke arah kaca-tembok yang memisahkan kamarku dari pemandangan las vegas di bawah (bisa terlihat show api di Treasure Island). Sambil memeluk pinggulku, dia memuaskan dirinya dan menambah jumlah sperma di dalam tubuhku. Sementara itu entah sudah berapa kali aku orgasme di bawah ancaman pisau, tubuhku seakan-akan membelot dari pikiranku, semakin dipaksa, semakin enak rasanya orgasmeku. Orgasme paling besarku datang ketika Edward, meskipun kami tidak membicarakan kemungkinan ini sebelumnya , dia memaksakan kejantanannya masuk ke anusku.

Jam menunjukkan pukul 2 pagi, ketika aku tiba2 terbangun oleh suara pintu menutup. Tubuhku yang sudah berlumuran ludah dan sperma teronggok di karpet living room, hanya diterangi gemerlap lampu las vegas dari luar kamar. Rambutku sudah acak-acakan dengan bercak-bercak sperma di mana-mana.
Dengan capai sekali aku memaksakan diriku mandi air hangat, tubuhku terasa licin oleh cairan-cairan mengkilap, dan banyak sekali sperma di vagina dan anusku. Sambil berjalan kembali ke kamarku, aku melihat kartu ekstra kunci kamarku telah kembali ke meja kecil di kamar tidurku.. Aku tertidur sambil tersenyum pulas.

8 comments:

Anonymous said...

"Meskipun ini bukan perkosaan pertamaku, ....."

wuahhh...jadi ingin tahu, gimana ya adegan pertama kalinya mbak nessa diperkosa ... :P~~

kamucantikselvikusayang said...

GW MASTURBASI BACA INI..I LOVE U NESSA...

Vanessa said...

Love you too! tapi koq namanya kamucantikselvikusayang ? harusnya kamucantiknessakusayang dong :)

Ninja Gaijin said...

Salam kenal sis. Kayaknya saya tahu nih aslinya apa... dari asstr kan?

Gapapa, biar terjemahan, tetep bagus kok.

Vanessa said...

Huss.. sembarangan aja.. semua cerita di sini asli dari diaryku, bukan contekan atau terjemahan dari web site lain.

Anonymous said...

ini beneran ga sih ceritanya? jadi aneh gwanya...oh ya nessa punya picnya ga?, tinggal di usa, dimananya?, gw dulunya di denver

Anonymous said...

mw donk cobain

Disheveled Mind said...

jadi mengingatkanku akan masa lalu, waktu tinggal di northridge california aku bisa 3-4 kali ke vegas khususnya malam tahun baruan , terakhir di Mandalay Bay . it doesn't matter real or not , just keep on writing and turn that diary into stories. hha..
NB: Any photos of you that i can see or describe yourself what do you look like., well i'd love to jerk off reading your stories while looking up your pics.lol.