Monday, October 25, 2010

Indonesia Part 3

Pagi telah tiba di villa itu, perlahan-lahan aku mulai tersadarkan dari tidur yang lelap. Hancur rasanya badanku mesti melayani nafsu dua orang pria gila, kemaluanku terasa perih perih. Aku membuka mataku pelan-pelan, mengharapkan aku sudah ada di ranjang rumahku sendiri dan semua ini hanyalah mimpi buruk. Tapi aku malah menemukan Andi yang tidur telanjang di depanku, tampangnya yang brengsek senyum penuh kepuasan sambil tertidur.
Aku memaksakan tubuhku bergulir kesamping ranjang king size itu, dengan mengendap-ngendap berjalan ke arah kamar mandi. Seluruh tubuhku terpampang jelas di kaca besar dalam kamar mandi, penuh dengan cupangan nakal dan sperma yang mengering di rambutku, dadaku, selangkanganku. Sejenak aku memikirkan apa sebaiknya aku mandi dulu, atau mencoba kabur dari sini, tapi akal sehatku dengan cepat memutuskan untuk kabur. Ada seonggok baju kotor di pojokan kamar mandi itu, aku berusaha mengelap berbagai macam cairan putih kental yang melekat di badanku dengan sepotong handuk kecil, lalu mengenakan t-shirt basket yang kutemukan. T-shirt basket itu bercorak warna persis seperti LA Lakers, tapi bertuliskan SMA XXX, dengan nama pemain Edo. Apa boleh buat, tak ada baju lain yang muat ke tubuhku, Edo berukuran agak gempal sementara aku jauh lebih kurus.
Dengan hanya mengenakan baju basket itu, aku menyelinap melewati kamar tidur. Andi masih tertidur telanjang dengan pulas, baju yang kukenakan kemarin malam tercabik2 berceceran di lantai kamar tidur. Sempat terhenti aku memunguti celana dalamku, tapi ternyata sudah robek, dan basah sekali dengan sperma entah siapa tadi malam. Aku keluar dari kamar tidur itu, berjingkat-jingkat menuju tangga yang menuju lantai bawah, ketika tiba-tiba terdengar langkah-langkah berat Edo dari lantai bawah mulai menanjaki tangga berputar itu. Dengan cepat aku melangkah bersembunyi di ruang WC di samping tangga, jantungku berdebar-debar menunggu Edo lewat. Aku menyadari, jika Edo masuk kamar tidur dan melihat tinggal Andi sendirian di kamar, dia akan mulai mencariku, aku mesti kabur dengan cepat.
Lama sekali rasanya, langkah Edo menggema satu persatu menapaki anak tangga menuju lantai dua. Dia berjalan dengan santai menuju ruang keluarga, dalam hati aku bersorak Yes! sebentar lagi aku bisa kabur! tapi setengah jalan menuju ruang keluarga, Edo berganti pikiran, senyum cabul muncul di mukanya dan dia mulai melangkah ke arah kamar tidur sambil melepaskan t-shirt dan celana dia, terang sekali maksudnya dia ingin mencicipi tubuhku lagi pagi ini. Kemaluannya mulai berdiri tegak memikirkan kenikmatan yang akan terjadi berikutnya.
Begitu Edo membuka pintu kamar tidur, aku dengan cepat menyelinap keluar WC dan turun tangga menuju lantai bawah. Ada beberapa kunci mobil di gantungan dekat pintu masuk rumah, kuambil semuanya dan aku lari ke arah mobil Andi (koperku ada di sana). Adrenalin mengalir deras, jantungku berdetak dengan kencang, nafasku terburu-buru dengan situasi terdesak ini, sebentar lagi Edo dan Andi akan menyadari apa yang terjadi dan akan mulai mencariku. Pertama-tama aku membuka pintu pagar dulu, sempat dipelototi tukang sayur yang lewat di depan, lalu aku mencobai remote mobil satu persatu sampai mobil Andi terbuka. Sementara itu Andi dan Edo rupanya sudah menyadari apa yang terjadi dan mulai berteriak-teriak dari dalam rumah,"Ness, jangan kabur! awas loe, kalo gua tangkap gua gebukin!! Ness!!" Aku menarik napas dalam2 sambil berdoa agar mobil bisa nyala. Andi menggedor-gedor pintu mobil, untung saja mobil nyala tanpa kesulitan, dan aku dengan segera menginjak pedal gas kabur dari rumah jahanam itu. Hampir saja aku menyetir masuk ke jalur kanan (seperti di negara tempat tinggalku), untuk tidak terjadi kecelakaan.
Pertengahan jalan, aku sengaja mencari tempat yang sepi, kulepaskan baju basket itu, dan aku mengambil baju sekenanya dari koperku, sepotong jeans mini skirt dan t-shirt seperti di kanan ini :

Tanpa sempat mengenakan bra atau pun celana dalam lagi, aku bergegas memacu mobilku ke arah kota Bandung. Dalam perjalan sempat terpikir, aku tak ingin orang tuaku melihatku dalam keadaan seperti ini, belepotan sperma, air liur, dan keringat, dengan badan penuh cupangan. Aku memutuskan untuk pergi ke rumah sobat lamaku, Ita, untuk membersihkan diri.

Ya, beberapa tahun terakhir ini Ita pulang ke Bandung setelah lulus, dan menikahi... siapa lagi kalau bukan Budi, teman spesialku dulu. Aku menelepon dulu ke Ita, mengabarkan bahwa aku sebentar lagi akan tiba di rumahnya. Dengan gembira Ita menyambutku di pintu rumahnya,"Nessa!!! ooh kamu tambah seksi aja deh!" sambil mencubit pantatku dengan gemasnya.
Tapi dengan cepat Ita melihat keadaanku yang hancur-hancuran, dan menyadari apa yang terjadi. Dengan lembut Ita menggandeng tanganku, kami berdua berjalan menuju kamar mandi. Teman terbaikku di dunia itu membantuku mengisi bath tub dan mempersilakanku berendam dan mengistirahatkan otot-ototku yang habis di siksa tadi malam. Sementara itu Ita mengambil koperku dan membeberkan beberapa potong t-shirt dan celana pendek untuk ku. Setelah selesai membersihkan tubuhku, aku mengenakan t-shirt dan celana pendek yang dipilihkan Ita, dan jatuh tertidur di ranjang kamar tamu.
Pulas sekali..

------------------------------

bersambung.. ke part 4.

4 comments:

vandy's bloG said...

nice story sist...
i impressed...

Anonymous said...

waaaahhhh,,
Ita-nya sudah nikah?
mbak Nessa kapan nih, mbak?

Pendekar Maboek said...

salam kenal sis nessa, udah lama nih sebenarnya gw mampir2 ke blog ini cm baru ngasi komen sekarang, nice experience, always make me turn on, keep the good work...
btw sory nih nge-link blog sis di blog gw tanpa ijin, so sekarang gw skalian minta ijin deh, moga2 diijinin nih, thanks...

Vanessa said...

Mas Pendekar Maboek, wah, terima kasih untuk komentarnya. Saya suka banget baca seri Innocent Angel. Sering2 mampir ya