Monday, July 05, 2010

Indonesia part 1

Seperti biasanya, bulan Juni adalah waktunya untuk aku pulang ke Indonesia bertemu keluarga dan teman2. Kali ini aku sengaja mengambil cuti ekstra untuk menghadiri perkawinan sepupuku (ya.. lagi lagi sepupu). Semua sepupuku sudah berumur 20-an, pas waktunya untuk mulai memikirkan pasangan hidup. Aku sudah bisa membayangkan setibanya aku di rumah, sudah pasti semua orang menanyakan "ness, giliran kamu kapan nih ? sudah punya pacar atau belum ? mau tante kenalin ???" kadang2 dengan nakalnya aku menjawab "pacar sih banyak, tante" Capee deeh.. bagaimana caranya menjelaskan pada keluargaku bahwa aku sungguh menikmati hidup single ini, tanpa ikatan apa pun, bebas untuk mengajak lelaki asing pulang ke rumah, bebas untuk one night stand, bebas untuk menggodai pria teman sekerjaku. Apalagi aku suka sekali "mencicipi" berbagai jenis dan ras pria; misalnya pria indonesia yang disunat tuh benar2 beda dari pria bule perancis yang tidak disunat, beda dari pria afrika yang disunat. Kadang2 aku malas memikirkan pulang ke Indonesia untuk sebulan, hidup tanpa seks di rumah orang tuaku (meskipun aku kangen sekali dengan keluargaku dan ingin rasanya bertemu dengan orang tua dan adik2ku). Kepulanganku kali ini, terus terang agak berbeda, sengaja aku menyisihkan beberapa hari di awal ketibaan terpisah dari keluargaku. Tanpa menceritakan rencanaku kepada keluarga, sebenernya aku akan tiba di Singapore 3 hari sebelum orangtuaku mengira aku berangkat dari sini. Alasan untuk rencana rahasia ini: pacarku kebetulan ada di Singapore untuk menghadiri konferensi medis. Sudah beberapa bulan terakhir ini aku resmi menjadi pacar orang! Cowokku adalah seorang dokter, berumuran 2 tahun lebih tua dariku, dan kami ternyata lulus dari universitas yang sama. Namanya Brad, kami berkenalan di sebuah bar ketika teman kencan yang kutunggu tidak muncul-muncul. Perkenalan kami malam itu dengan cepat berubah menjadi hubungan yang romantis, entah karena kepribadian kami yang cocok sekali, atau karena daya tarik seksual satu sama lain, atau mungkin juga karena dress kecil yang kupakai malam itu (kanan). Brad malam itu tampil keren sekali dengan kemeja casual dan jaket (jas) abu-abu. Ketika Brad memberitahuku bahwa dia harus pergi ke Singapore untuk konferensi ini, muncul pikiran nakalku untuk mengejutkan Brad dengan tiba-tiba muncul di Singapore. Diam2 aku mencari tahu hotel dan nomer kamar Brad, lalu aku pun membeli tiket pesawat dan merencanakan trip ini. Tak lupa aku mengirimkan e-mail ke Doni (bekas pacarku, lihat Akhir Pekan Yang Panjang III) yang tinggal di Singapore, kami sering bertukar e-mail dan bercerita tentang kehidupan satu sama lain belakangan ini. Tanpa terasa, tibalah hari H yang ditunggu2, aku selesai mengepak koperku, lalu pergi ke airport mengenakan sepotong jeans ketat dan t-shirt hitam yang simple, kira2 seperti di kanan ini : Perjalanan terasa panjang sekali, aku duduk di sebelah pria seumuranku yang terus2an berusaha mengajak ngobrol dan sering "tanpa sengaja" menyentuh entah lenganku, lututku, pahaku. Mulai dari "Halo, namaku Pram", sampai "Ingin bunuh diri rasanya aku dikhianati seperti itu". Aku mengiya-iya kan saja, sambil berharap cepat selesai supaya aku bisa tidur. Ketika dia mesti pergi ke WC sebentar, aku berpura-pura tidur supaya tidak diajak ngobrol lagi. Setibanya di Changi, aku naik SMRT sendiri ke Clarke Quay, tiba di hotel. Dengan sedikit teknik persuasifku, aku berhasil mendapatkan kunci kamar Brad. Aku masuk ke kamar, capai sekali rasanya terbang sekitar 20 jam. Aku menanggalkan pakaianku satu persatu, dan mandi air hangat lama sekali, dengan hanya mengenakan sepotong t-shirt milik Brad (tercium bau khas cowokku itu), aku tertidur di ranjang yang empuk sambil menunggu dia datang. Sempat termimpi adegan2 yang akan terjadi ketika Brad menemukanku sudah di sini, telanjang menunggui dia. Bunyi gesekan kunci kartu membangunkanku dari mimpiku, sesaat aku sempat bingung melihat ruangan yang asing ini, pintu kamar terbuka diiringi dengan lampu yang menyala dan obrolan-obrolan dalam bahasa inggris. Ketika aku sadar bahwa Brad tidak sendirian, dengan cepat aku duduk tegak menarik selimut di dadaku. Brad melongo melihatku sebentar, terkejut. Lalu dengan gaya khasnya dia menghampiriku dengan lengan terbuka lebar untuk memelukku "Sweetie pea! You are here! oh my god I can't tell you how much I miss you". Dengan tak sabaran kami berdua berciuman dan berpelukan melepas rindu. Ketika Brad akhirnya agak tenang dan duduk di sampingku, aku baru sempat melihat temannya yang ikut datang, ternyata pria bule juga, sekitar seumuran dengan kami berdua. Brad memperkenalkan dia sebagai Ryan, ternyata salah seorang expat yang kerja di Singapore. Ryan melambaikan tangannya,"Kayanya aku mengganggu aja ya.. mendingan aku pulang dulu deh". Namun Brad dengan cepat menawarkan,"Ness, Ryan dan aku tadinya mau mencari makan malam. Kamu pasti lapar kan ? Mau kita bertiga mencari makan ? Ryan tinggal di sini, dia tau tempat2 makan yang enak"
Aku memang sudah lapar, jadi hanya mengiyakan saja. Kedua cowok itu dengan sangat gentlemenly menunggu di luar kamar sementara aku mengenakan dress kuning seperti yang di kanan ini : Kami bertiga turun ke stasiun MRT yang ada di sebelah hotel kami. Ryan berjalan agak cepat dan terpisah dari kami berdua ketika Brad tiba-tiba memegang lenganku dan berbisik,"Dia suka sama kamu" "hmm ?? ", sahutku "Tadi waktu menunggui kamu ganti baju, dia terus-terusan memuji kecantikanmu" "Pria yang bilang gitu tentang gua sih udah banyak say" "Tapi yang ini beda, dia bicara-nya nyerempet-nyerempet terus" "Jadi mau gimana ? " "Ingat obrolan kita di ranjang minggu lalu ?" Pikiran ngeresku segera kembali ke hari Jumat sebelum Brad berangkat ke Singapore, kami berdua menghabiskan seharian memadu cinta mempersiapkan diri untuk berpisah selama sebulan (Brad ke Singapore satu minggu, aku ke Indonesia tiga minggu). Terbayang otot-otot atletis cowokku memeluk tubuhku yang berkeringat basah, sementara lidahnya menjilati leherku dan tubuhnya tidak henti-hentinya bersatu dengan tubuhku. "Ingat apa yang kita bicarakan ? " Brad menyela lamunanku, sambil tangannya meremas pantatku. Ya.. aku ingat sekali, menjelang sore hari, setelah sekian kalinya kami berdua menggapai kepuasan bersama sama, kami berdua berpelukan dan mengobrol tentang berpisah sekian lama. Aku terus terang agak kuatir dan cemburu memikirkan cowok buleku di antara cewek-cewek cantik di Singapore. Ketika aku mengutarakan kekuatiranku, Brad juga ternyata kuatir tentang hal yang sama denganku di Indonesia, di antara teman-teman SMAku, bekas pacarku. Hubungan kami berdua memang sudah sangat dekat, di mana kami tahu kebiasaan buruk masing2, tapi belum 100% percaya satu sama lain, belum bisa dengan rela mempercayakan isi hati yang paling dalam. Aku tahu Brad masih sering melirik cewek2 lain meskipun tangannya menggandeng tanganku, apalagi kalau cewek itu memakai rok yang super pendek. Tapi aku cinta banget dengan cowok ini, dan rasanya kalau sampai kehilangan dia, atau kalau hubungan kami dirusak oleh rahasia2 selingkuhan masing2, sedih sekali. Siang itu, di tengah desahan2 nafsu kami, aku bilang,"kalau kamu selingkuh, aku bunuh kamu. Tapi kalau semuanya terbuka, aku tahu segalanya, itu tidak apa-apa." Brad menjawab,"kalau begitu, lebih baik kamu ikutan selingkuhan saja." "maksudnya threesome gitu ? ", tanyaku terengah-engah oleh nafsu "mmmm" Kami bertiga bersantap malam di Clarke Quay, Ryan memang orangnya enak diajak bicara, lucu dan banyak hobinya. Sesekali aku menangkap matanya yang mencuri-curi pandang tubuhku, seolah-olah menelanjangiku dengan matanya. Sekitar jam 1 malam kami berdua pulang ke hotel, begitu pintu kamar terbuka, Brad dengan terburu-buru mendorongku masuk. Kami saling menelanjangi satu sama lain dan berlomba-lomba saling memuaskan kebutuhan seks yang selama ini tak tersalurkan. Dengan posisi doggie style, Brad memeluk tubuhku dengan kuat dan menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Kami berdua terengah-engah mengejar napas. Sebelum aku tertidur, cowokku melontarkan pertanyaan ini ,"Ness, mau engga kamu nyobain tidur dengan Ryan ?" Pembaca yang terhormat, bagaimana menurut anda sekalian ?

5 comments:

Anonymous said...

Vanessa, ngentot yuuukk...

Anonymous said...

hmmphh..
kalau nessa begini terus,
bisa-bisa bakal jadi perek betulan.
*sigh

Anonymous said...

Sweet blog, I hadn't come across vanessadiary.blogspot.com before in my searches!
Keep up the excellent work!

rhuna jie said...

asyik juga cerita ini, bikin acokku bangun kwkwkwk

Anonymous said...

Thanks for sharing this link, but unfortunately it seems to be offline... Does anybody have a mirror or another source? Please reply to my post if you do!

I would appreciate if a staff member here at vanessadiary.blogspot.com could post it.

Thanks,
Oliver