Friday, October 15, 2010

Indonesia Part 2

Tanpa terasa hari-hari di Singapore bersama Brad cepat sekali berlalu, kami berdua berpelukan di airport sambil membisikkan kata2 cinta ke satu sama lain. Sedih sekali rasanya mesti meninggalkan cowokku tersayang, dia mesti meneruskan konferensi medisnya beberapa hari lagi, dan aku mesti menghadiri pesta kawinan sepupuku.
Biasanya aku dijemput keluarga setibanya di Cengkareng, tapi kali ini keluargaku telah berangkat ke salah satu upacara pra-pernikahan. Yang menjemputku kali ini adalah Andi, salah seorang pembaca blog ini yang berteman denganku di Facebook. Sepanjang jalan dari Jakarta, obrolan kami ramai sekali penuh tawa canda. Memang seperti ini lah sifat Andi, suka bergurau dan penuh ide lucu di otaknya. Sejauh ini hubungan kami berdua lebih mirip kakak-adik, tapi aku semakin tertarik dengan kepribadian Andi yang lucu itu. Sekitar pertengahan perjalanan itu, rasa lelah dan kantuk mulai muncul, tanpa terasa aku tertidur.


Entah berapa lama kemudian, mobil kami berhenti, Andi menggoyang bahuku, "Ness, kita udah di Bandung, kita ke rumah temanku sebentar ya, gua mesti ngambil buku". Aku melihat sekelilingku, ternyata sudah malam dan hawa sejuk khas Bandung terasa enak sekali. Mobil kami di parkir di halaman depan sebuah villa yang besar di kelilingi tanah kosong, di samping beberapa mobil mewah. Teman Andi yang bernama Edo membuka pintu depan menyambut kami berdua untuk masuk. Sementara mereka berdua ke lantai atas untuk mengambil buku, aku berjalan-jalan melihat rumah yang besar itu, lengkap dengan kolam renang di kebun belakang. Sambil duduk-duduk di pinggir kolam renang, aku mencelupkan kakiku dan menikmati sejuknya malam itu, beda sekali dengan panas dan lembab di Singapore dan Jakarta.
Tiba-tiba Andi muncul dari balkon lantai dua memanggilku,"Ness, ness, sini dulu dong bentar!" Aku berjalan masuk rumah melewati ruang keluarga, naik tangga putar yang besar sekali ke lantai dua. Balkon itu ternyata bagian dari ruang keluarga kedua di lantai atas, Edo sedang asyik melihat laptop di pangkuan dia, sementara Andi menepuk2 sofa disampingnya, mengundangku untuk duduk. Dari tempat aku duduk, aku bisa melihat layar laptop Edo, ternyata mereka sedang melihat blogku, vanessadiary.blogspot.com.
"Ness, Edo nih fans berat juga dengan cerita-cerita kamu lho", mulai Andi. Situasi di ruangan itu mulai berubah, aku merasa seperti seekor kancil yang diawasi dua macan, tapi aku berusaha keras untuk tidak menunjukkan rasa takut,"Oh ya ? paling suka cerita yang mana ?"
"Gua sih paling suka Efek-efek Samping, gimana sih rasanya digilir seperti itu Ness ?", tanya Edo
"Yaaa baca ceritanya deh.. capek2 udah nulis panjang lebar"
"tapi beda kan ngedengerin secara langsung dari elo," Andi menimbrung
"Apalagi kalo ngerasain secara langsung dengan elo," Edo menggumam sambil menatap tajam mataku
"Edo, jangan nakut-nakutin dong!" ujar Andi "Ness, ayo dong cerita.. "

Aku menghela napas panjang.. dalam hati aku mulai berpikir, mungkin ini kesalahan besar untuk berkenalan dengan pembaca blog ku, jadinya aku mesti berkenalan dengan orang2 yang tahu rahasiaku yang paling dalam. Tapi apa boleh buat, semuanya telah terjadi, "Yaaa.. sakit sekali sih, kan aku bilang di blog, aku engga bisa ml dengan Doni beberapa minggu. Badanku rasanya hancur setelah itu"
"Tapi orgasme engga ?"
Kedua lelaki di ruangan itu terang-terangan membayangkan hal-hal yang cabul, kemaluan mereka menonjol keras di balik celana, mata mereka asyik menelanjangi pahaku yang hanya tertutup rok mini.
Edo dengan kasarnya menarik lengan atasku dan menyeretku ke arah kamar tidur di sebelah ruang keluarga itu. Aku berteriak-teriak memohon pertolongan Andi, tapi dia tidak menggubris. Edo mencampakkan tubuhku ke kasur di ruang tidur itu, wajahku terasa pedih di tempeleng beberapa kali, lalu tangan Edo mencabik-cabik pakaianku, satu persatu potongan kain di tubuhku di robek dan di buang hingga aku terbaring telanjang di bawah orang yang baru saja kukenal. Edo dengan mudah meloloskan kaos dan celananya sendiri, lalu meludahi kejantanannya yang sudah keras bagai tiang besi. Tanpa foreplay sedikitpun, dia memperkosaku di ranjang itu. Sementara Andi hanya menonton sambil merokok di balkon kamar tidur.
Ronde pertama itu berakhir dengan cepat, sambil meremas payudaraku, Edo menusukkan kejantanannya dalam2 sambil berteriak,"Lonte loeeee! rasain nih kontol gueee!" Lalu rubuh menindih tubuhku.
Andi menghabiskan rokonya dulu, lalu dengan santai melucuti pakaiannya satu per satu. Aku memohon-mohon ke iblis yang tadinya kukira temanku itu, untuk tidak melakukan perbuatan bejat itu. Tapi dengan santainya dia menaiki tubuhku, "Ness, gua pernah bilang engga, cerita favorit gua itu 'Kasar Sekali' ? "
Andi menempelengku beberapa kali, lalu perlahan-lahan memasukkan penisnya. Meskipun otakku menolak perbuatan itu, tapi tubuhku tak dapat menolak rasa nikmat itu. Aku menggelinjang, meremas sprei merasakan kejantanan Andi yang besar membelah celah kewanitaanku. Tangan Andi menjambak rambutku dengan kasar, dan dia mulai memacu tubuhku ke arah puncak kenikmatan. Beberapa kali Andi juga mencekik leherku, persis seperti ceritaku di "Kasar Sekali". Ketika orgasme itu datang, aku tak dapat menolak gelombang kenikmatan dari perkosaan itu. Terus terang, Andi bisa sekali mempermainkan nafsuku di ranjang. Dengan rabaan, lecehan, remasan, bahkan dengan tusukan kejantanannya, dia membawaku ke orgasme demi orgasme.
Di tengah persetubuhan itu, Edo kembali bergabung dengan kami berdua. Aku merasakan sebuah benda tumpul menyentuh pantatku mencari-cari jalan masuk. Dengan posisiku yang lemah di atas Andi, dan kondisi fisikku yang habis di forsir beberapa orgasme, aku tak bisa menolak kejantanan Edo yang menyodomi dari belakang. Kedua kejantanan itu memasuki tubuhku bergiliran, memeras setiap ons dan gram kenikmatan dari tubuhku. Edo meraba-raba di sekelilingnya mencari potongan celana dalamku yang kemudian di genggam dan di hirup olehnya sambil menyetubuhiku. Tiba-tiba dia berteriak,"GUE KELUARRRRR...AHHH. LONTE LOEEEE!" sambil menggenggam cabikan celana dalamku erat-erat, seperti memegang sebuah piala.

Sampai pagi aku terpaksa melayani nafsu binatang kedua pria itu, kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan setelah memuaskan satu sama lain.

1 comment:

Anonymous said...

akhirnya kena juga mbak nessa dikerjai.
kira2 bisa gak ya ikutan yg kayak gitu?
:P