Sunday, April 03, 2011

Indonesia Part 4

Pesta kawinan sepupuku berlangsung seminggu setelah kejadian perkosaanku dengan Andi dan Edo (baca : Indonesia Part 2-3). Pesta di ballroom sebuah hotel di Bundaran HI Jakarta itu dihadiri oleh ratusan keluarga dan relasi keluarga kami. Novi, sepupuku itu, tampak anggun sekali dengan gaun dari salah seorang desainer terkemuka. Semua wanita di keluargaku berpakaian seragam dengan gaun berwarna coklat dengan model agak bebas, aku sengaja membeli gaun di kanan ini dari Victoria's Secret. Senang sekali rasanya bertemu dengan semua sepupu, tante, oom, ada beberapa sepupu yang masih bayi ketika aku terakhir kali datang, dan sekarang sudah jadi anak2 kecil yang manis. Kami para sepupu2 wanita yang seumuran sibuk ngerumpi di pojokan ballroom itu, sambil mengobrol tentang pacar, kuliah, gosip2 keluarga.



Ketika pesta itu sudah hampir berakhir, kami semua para keluarga berjajar di panggung bersama kedua pengantin untuk bersalaman dengan tamu. Aku diapit oleh ayah dan ibuku, tak habis-habisnya tamu datang untuk bersalaman, ada beberapa teman keluarga yang memuji kecantikanku, dan tentu saja sekaligus menegurku untuk segera memulai keluarga sendiri, "Nessa kapan nih nikahnya ? Mami papi udah pengen punya cucu tuh, mau engga sama anak tante nih.. ah anak geulis geulis gini masa belum nikah udah umur segini.." capeeek deh ngedengernya. 
Lama-lama semua tamu seolah2 menjadi blur di otakku, lenganku bagaikan mesin yang hanya bisa salam dan mukaku tersenyum bagaikan patung. Tiba-tiba salah satu sepupuku menghampiriku, diikuti seorang tamu laki2, "Ness, katanya ini cowok elu ya ?". Bagaikan tersambar petir di siang bolong, aku melongo melihat Andi dituntun oleh sepupuku itu. Sementara itu Andi dengan santainya memperkenalkan diri ke orang tuaku. Dasar brengsek, pikirku.. aku baru saja teringat, dalam salah satu percakapan kami di Facebook, aku pernah menceritakan lokasi dan waktu pesta pernikahan Novi. Tentu saja dia dengan beraninya mengaku sebagai cowokku, sebab dia pun tahu bahwa kehidupan liarku itu sebuah rahasia yang kupegang erat dari keluargaku. Di mata mama-papaku, aku masih seseorang yang bahkan belum pernah ciuman dan pacaran, tak pernah mereka mencurigai kehidupanku yang sebenarnya liar. 

Mamaku malah memelototiku dengan jengkel dan berkomentar ke Andi, "Tante malah engga tau tuh si Vanessa udah punya pacar sekarang, dia engga pernah cerita-cerita tuh."
Andi dengan hebatnya berperan sebagai cowok yang melindungiku,"Oh Tante, jangan nyalahin Nessa, kita emang baru saja mulai pacaran, tepatnya seminggu kemaren, lewat internet." 
Dia meneruskan,"Tapi kita sudah temenan dekat lama juga kok..  saya, Nessa, dan Edo, kita tigaan sudah deket sekali, bisa dibilang kenal luar dalam," sambil tersenyum mesum. Terang-terangan dia mengacu ke perkosaan tiga arah yang berlangsung minggu lalu. Aku hanya bisa menjaga muka dingin di depan orang tuaku, jantungku berdebar-debar kencang mengharapkan Andi tidak mempermalukan aku dan keluargaku di depan tamu2 perkawinan ini. 
Untung tak lama kemudian Andi pun mengakhiri pembicaraan itu. Dengan santainya, dia memeluk aku dan berbisik,"Ness, seksi sekali kamu." Sambil menyelipkan secarik kertas ke tanganku, Andi meneruskan,"Datang ke kamarku, jangan sampai aku mesti menceritakan tentang blog kamu dan kejadian kemaren ke ortu elo, ok ?"
Ingin sekali rasanya aku menampar tampangnya yang tersenyum-senyum saat itu juga. Mau tak mau aku mesti menahan diri dan terus bersalaman dengan para tamu yang datang tak habis-habisnya....

Penat sekali rasanya betisku setelah mengenakan sepatu hak tinggi seharian. Untung sekali keluarga kami malam itu tinggal di hotel tempat pernikahan itu berlangsung, aku hanya perlu naik lift dan berjalan sedikit untuk kembali ke kamarku. Aku menghempaskan pantatku ke sofa yang nyaman, dan memijit betisku untuk memperlancar peredaran darah. Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Kukeluarkan carikan kertas dari Andi yang bertuliskan sebuah nomor kamar dan pesan singkat,"Abis nikahan, langsung datang. Jangan ganti baju". Tentu saja dia menyuruhku datang bukan hanya untuk mengobrol atau untuk dibacakan cerita dongeng sebelum tidur. Tapi jelas sekali konsekwensinya jika aku tidak datang, dia akan menceritakan kehidupanku yang liar ke orang tuaku. Tokh mereka sekarang sudah saling kenal malah sempat bertukar nomor HP segala. Dengan malas aku mengenakan kembali sepatuku, kusemprot lagi parfum kesayanganku untuk menyegarkan diri, lalu aku mulai berjalan ke kamar Andi di lantai 17.

Aku mengetuk dua kali di pintu kamar Andi, sambil melihat kanan-kiri takut tertangkap ortu maupun keluargaku datang ke kamar lelaki asing larut malam seperti ini. Untung tak lama kemudian pintu kamar terbuka, dan akupun dengan gesit masuk ke kamar. Ternyata kamar itu adalah sebuah Luxury Suite yang besar, dengan ruang tamu yang cukup luas. Andi masih mengenakan kemeja dan celana panjang yang sama dari pesta tadi, dia berjalan ke arah bar dan menawarkan minuman ringan. Aku menaruh tas pestaku di meja dan mengambil minuman yang ditawarkan.
"Ness, ayo duduk sini denganku di sofa, kita ngobrol dulu yuk," Andi berujar dengan tampang innocent.
Tanpa banyak komentar, aku duduk di sebelah Andi, dia langsung memeluk pundakku,"Toh kita sudah dekat seperti suami istri, engga perlu sungkan-sungkan, iya engga ?". Ingin muntah rasanya aku memikirkan apa yang akan terjadi.
TV di depan kami menyala keras, sementara tangan Andi memulai aksinya mengusap-usap lututku dan pelan2 merayap ke pahaku di bawah hem dress. Bibirnya mencium dan menjilat leherku, terus terang rangsangan2 ini mulai bekerja dan akupun terbuai suasana. Kami berdua mulai saling berciuman dan merangsang satu sama lain di ruang tamu itu. Terasa agak beda kali ini, dibanding perkosaan seminggu yang lalu, Andi dengan sabarnya memancing gairahku, tidak terburu-buru sama sekali, kami berdua saling membuka baju satu sama lain, dress-ku mulai dilepaskan dengan membuka retsleting-nya, aku sengaja tidak mengenakan bra untuk dress itu (tidak mungkin bisa), dan Andi dengan seksi sekali melepaskan celana dalam thong-ku.
Dia membaringkan tubuhku memanjang di sofa itu, dan naik ke atas tubuhku. Kami berciuman lagi lama sekali, ketika dia sudah mulai mengocok kemaluannya yang keras, dan mengusap-usap batang itu ke vaginaku, aku mengingatkan Andi untuk menggunakan kondom, dengan gesitnya dia merogoh ke saku celananya di lantai dan mengeluarkan sebuah paket plastik, lalu mengenakan kondom itu. Aku sempat berpikir, kok jadi baik sekali ya kali ini.
Dia menyelipkan batang kejantanannya dengan posisi misionaris, sementara aku membuka pahaku lebar2, kedua tanganku memegang punggungnya yang berotot. Kami berdua bercinta dengan sangat lembut, persis seperti orang yang pacaran atau berbulan madu. Suara tubuh kami beradu menggema di ruangan itu, sesekali dicampur desahan mulutku dan erangan dari mulut Andi. Dengan telaten dan sabar, Andi mengantarkan tubuhku ke orgasme demi orgasme, sementara itu dia terus menggoda dan merangsang nafsuku. Aku berpindah ke atas tubuh Andi yang terlentang di lantai, menunggangi kemaluannya hingga tubuhnya yang berotot itu meregang memuntahkan sperma ke dalam karet kondom. Kami berdua berpelukan telanjang di lantai ruang tamu itu, terengah-engah mengejar napas.

Tanpa banyak bicara, aku berdiri dan berjalan ke kamar tidur untuk menggunakan kamar mandinya. Andi sempat terlihat bingung sebentar, lalu menggapai tangannya berusaha menghentikan aku, tapi aku sudah tiba di pintu kamar tidur, dan ketika kudorong terbuka pintu itu, aku baru menyadari apa yang terjadi. Sebuah kamera handycam tersembunyi di belakang pintu yang setengah terbuka itu, merekam percintaan kami yang baru terjadi. Dan Edo, ternyata bersembunyi di kamar tidur menjagai kamera selama aku dan Andi beradegan panas di ruang tamu. Edo hanya nyengir tersenyum mesum melihatku telanjang masuk ke kamar tidur.
Aku mulai mundur teratur kembali ke ruang tamu, Edo malah dengan santai keluar kamar dan menuangkan minuman di bar, tanpa berusaha menghentikanku dari kabur.
"Ness, engga perlu kabur.. kita sudah dapat video kamu bercinta dengan 'pacarmu' tanpa dipaksa. Malahan kalo aku boleh bilang sih, kamu yang terlihat bernapsu sekali, pakai ganti posisi segala hahaha," kata Edo,"yang elu perlu pikirin sekarang, apa elu mau video ini muncul di internet ? dilihat oleh ortu elu ?"
Andi menambahkan,"atau kamu mau meneruskan permainan kita, sayang ?" Sambil dia mengedipkan matanya dengan jijik.
Aku menyadari keadaanku yang lagi-lagi terjepit oleh kedua orang brengsek ini. Dengan gontai aku hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan Andi. Aku berjalan sendiri ke dalam kamar tidur, melewati Edo yang dengan gemas mencubit pantatku yang telanjang.
Edo mengeluarkan DVD dari kamera videonya, dengan sengaja dia menunjukkan kepadaku bahwa DVD itu dikunci di brankas kamar, "jangan berusaha kabur tengah malam seperti minggu lalu ya, ingat kita punya rekaman ini"

Tak ada rasa mesra ataupun intim lagi ketika Edo memaksaku untuk mengenakan sepatu hak tinggiku dan memperkosaku di atas ranjang. Tanpa memikirkan kenikmatan maupun kepuasanku, dia dengan seenaknya menyetubuhiku dengan kasar. Ia tidak menghiraukan permintaanku berkali-kali untuk mengenakan kondom.

Rupanya dia sudah sangat terangsang tadi melihat percintaanku dengan Andi, kemaluan Edo sudah keras seperti besi, berulang kali menggauli kemaluanku. Tanpa sempat kucegah, ia malah memuntahkan lahar panasnya di dalam rahimku sambil menekan dalam-dalam kemaluannya. Aku hanya bisa berteriak marah,"Jangaaaaaan..  " Kedua bangsat itu hanya tertawa-tawa melihatku marah.

Andi yang sedari tadi menontoni kami, datang mendekatiku, sementara Edo bertiduran di sebelah kami. Ia mendekatkan mukanya dan berbisik,"Ness, tau engga, gua paling suka kalo ngeliat ceweknya ketakutan. Tadi di ruang tamu tuh membosankan banget." Aku hanya bisa menggelengkan kepala berusaha menolak apa yang akan terjadi, tapi Andi menangkap mukaku dengan tangan kanannya dan memaksa kepalaku untuk mengangguk.
Andi menarik tanganku untuk berdiri, dan dia menyeretku ke jendela besar yang menghadap kota Jakarta. Terus terang aku risih sekali telanjang di depan jendela itu, seolah-olah memamerkan tubuhku ke seluruh kota Jakarta. Namun Andi tidak peduli semua itu, ia menampar pantatku beberapa kali, lalu dengan kasar menusukkan kejantanannya dari belakang. Tangan kanan Andi memegang erat leherku, tangan kirinya memegang pinggulku, sementara kemaluannya masuk dalam sekali di vaginaku tanpa kondom. Tak ada lagi sisa kemesraan dan rasa sayang di antara kami seperti di ruang tamu tadi. Tubuhku sekarang seolah-olah hanyalah sarana orgasme dia, untuk dicubit, di raba-raba, diremas, seenaknya, dan tentu saja disetubuhi. Kedua tanganku menapak di kaca jendela itu, kedua kakiku yang dibalut sepatu hak tinggi terbuka lebar sementara benda tumpul yang keras itu keluar masuk di tengah.
Sesekali tangan Andi sengaja meremas payudaraku dengan keras sekali hanya untuk memancing jeritan kesakitan dari mulutku. Beberapa kali pula ia mencekik leherku sampai aku megap-megap mencari oksigen.

Tak lama kemudian Edo datang, mereka berdua menghimpit tubuhku dari depan-belakang, Edo mencicipi lubang kemaluanku dengan penisnya, dan Andi menikmati lubang pantatku. Ada sensasi tersendiri merasakan dua batang kemaluan bergiliran keluar masuk di tubuhku.
Edo terus-terusan menjilati, menyedot, memancing payudaraku, sementara Andi menciumi dan menggigit leherku dari belakang. Entah sudah berapa kali aku mencapai puncak orgasme dihimpit seperti itu. Andi yang pertama keluar di dalam tubuhku, tak lama kemudian disusul Edo yang lagi-lagi orgasme dibarengi sumpah serapah yang sangat melecehkan wanita. Tubuhku dibaringkan di atas ranjang, tergolek lemas seperti sekarung beras. Di saat itulah aku berasa benar-benar seperti seorang korban perkosaan. Tak ada lagi yang bisa kulakukan untuk mencegah apa yang mereka berdua ingin lakukan.
Aku tertidur kecapaian di ranjang itu..

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di tengah malam, aku terbangun dengan sebuah benda tumpul yang menusuk2 dari belakang. Entah siapa yang sedang mengerjaiku di kegelapan itu, tapi dia terus terang bisa sekali memancing nafsuku dengan belaian-belaian halus di sekitar tubuhku. Tangannya yang kokoh memegang kepalaku di tempat supaya aku tak bisa melihat siapa dia. Dengan mahir, pria itu membawaku ke beberapa orgasme berturut-turut, sebelum akhirnya dia pun memuntahkan spermanya di vaginaku yang sudah luber itu. Aku kembali tertidur sampai pagi hari..


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi itu, aku dibangunkan oleh Edo dengan beberapa tamparan kecil di pipiku. Ia menyuruhku mandi bareng dengan dia, dimana kami bersetubuh lagi di bawah pancuran shower. Ketika kami selesai mandi, giliran Andi yang minta jatah paginya, dan aku harus lagi-lagi melayani di ranjang. 
Aku mengenakan kembali dress coklat kemarin, dan kembali ke kamarku. Capai sekali rasanya.. entah berapa kali mereka berdua mengeluarkan sperma di rahimku, dan sekarang semua sperma itu mulai mengalir keluar. 

Hari itu kami sekeluarga berjalan-jalan di Jakarta, sepupuku Novi telah berangkat untuk berbulan madu dengan suami barunya. Kami sedang shopping di Grand Indonesia ketika aku mendapat sebuah SMS dari Andi,"Ness, kita dinner bareng jam 6 ketemu di kamar gua". Tanpa membalas, aku meneruskan jalan2 dengan keluarga seharian.

Sekitar jam 5, kami semua kembali ke hotel, aku sengaja berbohong ke mama-papaku bahwa aku ingin tidur saja malam itu gara2 sakit kepala. Aku bersiap-siap dengan mandi, lalu mengenakan dress mirip foto di kanan ini.

Tepat jam 6, aku mengetuk pintu kamar Andi, entah apa rencana bajingan ini, mau tak mau aku harus menuruti keinginannya. Andi membuka pintu dan mempersilakan aku masuk,"Mau minum apa Ness ?"
Melihat dia sedang minum segelas wine, aku ikuti saja pilihan minuman dia.
Sambil menuangkan wine, Andi mulai berbicara,"Ness, gini lho.. gua pengen meminta maaf kemaren malam kamu terkejut melihat kamera itu. Gua sumpah itu bener2 bukan ide gua. Elo tau lah, gua dan Edo emang sobat deket, dan dia kadang-kadang punya ide2 gila. Tapi kemaren kita maen di sofa itu, dan gua engga bisa berhenti mikirin elu sejak itu. Seharian ini gua rasanya engga sabaran pengen ketemu lagi sama elo. Sori yah tentang kemaren ini.. tolong ampunin gua deh.. ", ujar Andi dengan tampang serius.
Menyadari apa yang terjadi, aku berpikir mungkin ada kesempatan untuk mendapatkan DVD itu kembali.
"Di, tau engga, gua merasa dikhianati abis, gua kirain elu suka sama gua"
Andi hanya bisa mengangguk pelan.
Mataku menjalar sekeliling kamar mencari-cari kamera, atau Edo yang bersembunyi. Melihat rasa curigaku, Andi mempersilakanku mengecek Luxury Suite itu,"Kali ini bener deh.. gua hanya mau nge-date sama elo doang, dinner bareng, silakan liat2 di kamar mandi, kamar tidur. Gua engga menyembunyikan apa2"
Setelah aku puas mengecek sisa kamar itu, kami berdua duduk di meja makan, minum wine tanpa banyak berbicara. Masih ada rasa marah dan rasa penyesalan di antara kami.
"Jadi sekarang gimana ? "
"Dinner dulu yuk, aku sudah bikin reservation di salah satu restoran di bawah"

Kami berdua berjalan ke restoran itu, ada rasa canggung yang agak aneh, seolah-olah kami baru saja mulai pacaran, tidak PD sama sekali, agak salah tingkah, tapi juga tadi pagi baru saja kami bersetubuh tanpa dihalangi sehelai benangpun.
Untung Andi orangnya cukup mudah diajak bicara, lagipula kami sudah berteman di facebook agak lama. Aku goda Andi beberapa kali, dan suasana berubah kembali menjadi ceria. Terus terang tujuanku kali ini hanya untuk mendapatkan kembali DVD itu, dengan segala cara. Ya, dengan *segala cara*, termasuk dengan menggunakan daya tarik kewanitaanku. Memang Andi tahu hidup liarku yang sebenarnya, dan ada kemungkinan setelah aku mendapatkan kembali DVD itu, dia bisa saja menelepon orang tuaku dan menceritakan segalanya ke mama-papaku. Tapi persetan dengan itu, aku bisa membantah segalanya dan menutup blog ini. Tokh lebih sulit membantah rekaman DVD.
Malam itu, aku berusaha bersikap seperti pacar Andi yang penuh perhatian, kasih sayang, kupotong steak kecil-kecil, kusuapi Andi, pokoknya seluruh trik-trik wanita untuk menarik perhatian cowok, aku gunakan semuanya.

Selesai makan malam, kami berdua berjalan menuju lift untuk kembali ke lantai atas.  Aku menarik Andi dekat2, dan kucium bibirnya dengan lembut. Aku berbisik,"Ke kamar kamu yuk."
Di dalam lift, kami berdua berciuman, tangan Andi menjelajahi tubuhku yang dibalut dress putih itu, sementara lift kami meluncur ke lantai atas, serasa pelan sekali. Andi membuka pintu kamarnya, dan mempersilakanku masuk seperti seorang gentleman. Aku melangkah masuk ke ruang tamu Luxury Suite itu, dan mulai menanggalkan dress-ku sambil terus berjalan ke arah kamar tidur. Tanpa menyalakan lampu kamar, aku membaringkan diri di ranjang dengan hanya mengenakan sepatu hak tinggiku.
Andi dengan santai membuka baju dan celananya, lalu menghampiriku dengan kemaluan yang tegang dan keras. Tanpa banyak bicara, kami berdua memadu cinta di ranjang itu dengan posisi misionaris. Kutarik kedua tangan Andi ke buah dadaku, membiarkan dia menikmati tubuhku seluruhnya. Kami bercinta penuh kasih sayang seperti layaknya orang pacaran. Tak lama kemudian Andi berbisik,"Ness.. aku.. sudah hampir keluar... ngg.. "
Dengan segera aku mendorong Andi berdiri, lalu aku berjongkok di depan dia dan mengisap kemaluannya hingga keluar di mulutku. Tanpa berhenti sedikitpun, aku menjilat dan menelan semua sperma dari Andi sampai bersih.
Sambil mengejar napas, kami berdua berpelukan telanjang di bawah selimut tipis, kepala Andi bersandar di dadaku yang polos.
Ronde berikutnya sangatlah berbeda, kami berdua suka sekali seks kasar, Andi berdiri di depanku, dan memulainya dengan memegang leherku erat-erat, mengarahkanku untuk berjongkok dan menghantarkan kepalaku untuk mengisap kemaluannya hingga keras. Lalu dengan lengannya yang kokoh, dia menghempaskan tubuhku ke arah jendela yang menghadap Bundaran HI, kakinya menendang sepatu hak tinggiku untuk melebarkan kakiku, lalu kemaluannya menyeruak masuk dalam vaginaku yang basah. Tangannya meremas-remas payudaraku dengan kencang sementara pantatku beradu dengan perutnya berulang kali. Aku hanya bisa menggelinjang menahan kenikmatan yang luar biasa, mulut Andi dengan seenaknya menyedot cupang-cupang kecil di leherku, kami berdua bermesraan terasa intim sekali tanpa dibatasi karet pengaman.

Entah berapa kali kami berdua berorgasme malam itu, seolah-olah pasangan yang berbulan madu. Aku membiarkan Andi mencicipi tubuhku dalam semua posisi yang dia inginkan, aku bahkan mengenakan kembali dress putihku supaya dia bisa menyelipkan tangan dan kemaluannya di bawah dressku. Ketika aku akhirnya kembali ke kamarku, sekitar jam 4 subuh, tubuhku jelas sekali banyak cupangan nakal, aku harus menghimpit pahaku sebisa mungkin untuk menahan aliran sperma yang keluar, dan yang paling penting, DVD dari kemarin malam ada di tanganku.

Dengan rasa lega, aku mandi dan jatuh tertidur dengan pulas.



3 comments:

Anonymous said...

Hi - I am really glad to find this. cool job!

Secret Revealed said...

wew...akhirny Mba Nessa kembali lg...thanks for the update...makin hot aza ama si Andi he19x...

Tonny said...

boleh juga nih diary nya...