Sunday, September 02, 2012

Welcome gift


Setiap tahun aku selalu datang ke pesta tahunan perkumpulan mahasiswa indonesia di kota-ku, selain sebagai sarana untuk ngumpul-ngumpul dengan teman2 lama, juga tempat untuk bertemu orang2 Indonesia yang baru di sini dan memperluas pergaulanku. Pesta tahunan ini biasanya juga untuk menyambut mahasiswa2 yang baru datang dan mulai sekolah di sini.



Karena sekolah biasanya mulai sekitar di musim gugur, biasanya pesta ini bertepatan dengan dan sekaligus berfungsi sebagai pesta Halloween. Selayaknya tradisi di negara ini, semua orang mesti mengenakan kostum untuk diperbolehkan masuk ke pesta ini. Untuk kostumku, aku memilih seragam pramuka seperti di kanan ini :


Kebanyakan cewek2 di negara ini menggunakan kesempatan Halloween untuk memakai kostum se-seksi mungkin. Sebenarnya aku tak ingin mengenakan kostum yang terlalu seronok, tapi apa boleh buat, semua toko2 kostum hanya menyediakan kostum yang seksi sekali. Terpaksa aku memilih seragam pramuka ini yang termasuk agak tertutup.

Seperti biasanya, pesta itu dimulai dengan acara perkenalan dulu, satu persatu mahasiswa baru disuruh maju ke depan dan memperkenalkan diri. Aku dan para cewek2 ngerumpi di salah satu sisi ruangan sambil berdiri, ketika acara perkenalan dimulai, kami malah mengomentari para mahasiswa dan mahasiswi baru sambil ketawa2: "Ness, ini anak engga pernah dicukur tuh, kayanya gua bisa pake jenggotnya buat bersih2 dapur gua nih", atau malah lebih kasar lagi ,"Liat! liat tuh anak ototnya gede banget.. apa lulusan SMA kuli bangunan ya ?" -- aku sengaja memalingkan kepalaku untuk melihat mahasiswa baru yang dimaksud ketika mendengar komentar terakhir itu, ternyata seorang anak cowok dengan beraninya mengenakan kostum toga yunani, yang seperti hanya sepotong kain putih dililitkan ke badan dengan ikatan pinggang sepotong tali dan topi yang terbuat dari anyaman daun buah zaitun. Badannya terlihat berotot, pasti sering berolahraga dan fitness untuk membentuk tubuh seperti itu. Kulihat hampir semua cewek2 di ruangan itu juga sedang memelototi hal yang sama denganku, "ah," kupikir ," biarkan anak2 muda pada memperebutkan cowok itu deh." Aku kembali ngerumpi dengan cewek2 di pojokan itu sambil minum mojito favoritku. Kami para cewek2 terus2an mengomentari para mahasiswa baru yang sedang memperkenalkan diri di panggung, ada anak mama lah, ada yang perlu baju baru lah, kami semua tertawa cekikikan.

Setelah acara perkenalan beres, dilanjutkan dengan makan malam dan acara sosial. Aku sedang mengobrol dengan teman2 di pojokan ketika tiba2 ada yang menepuk pundak-ku. Teman2ku semua tiba2 melongo melihat ke belakang pundakku, dan ketika aku membalik untuk melihat orangnya, aku pun melongo: ternyata anak ber-toga tadi ! Dari jarak dekat, otot2 tubuhnya sungguh mempesona.
"mbak, Vanessa bukan ?", tanyanya
"uh.. iya... saya vanessa", ujarku dengan tampang bloon.
"mbak, saya ada pesan khusus dari teman saya di Jakarta, kita keluar dulu yuk, di sini terlalu banyak orang", dia menggamit tanganku dan menuntunku berjalan ke luar ballroom itu.
Kami berdua berdiri di luar pintu ballroom, dan dia merogoh2 ke dalam toga-nya untuk mengeluarkan ponselnya dan mengutak-utik mencari pesan untuk ku.
Ketika dia menunjukkan isi teleponnya padaku, jantungku langsung copot. Semua orang di sekelilingku pasti bisa melihat mukaku berubah jadi merah sekali, yang mereka tidak bisa lihat itu, keringat dingin mulai mengalir dan kepalaku mulai terasa ringan dan berkunang-kunang. Anak baru itu dengan sigap menangkap tubuhku yang mulai lemas, dan memapahku ke sebuah ruangan kosong dekat ballroom, ada sebuah sofa, piano, dan meja belajar di ruangan itu. Dia menaruhku di sofa.
Ponselnya menunjukkan foto sepasang pria dan wanita sedang memadu cinta dalam posisi berdiri, sang wanita terhimpit tembok di depan dan kemaluan pria itu di belakang. Tampang wanita itu jelas jelas terlihat adalah aku sendiri, Vanessa. Sementara si pria dengan pintarnya memalingkan muka, tapi aku tahu dari mana foto ini datang.
Ini adalah terakhir kalinya aku bertemu dengan Andi di Jakarta, setelah aku mendapatkan DVD rekaman aku sedang bersetubuh dengan Andi di Hotel Indonesia, aku tentu saja berusaha menghindari Andi dengan segala cara. Sementara itu Andi mengira kami berdua sudah pacaran (dan karena itu dia memberikanku DVD itu). Setelah beberapa hari Andi gagal menghubungiku, dia akhirnya datang ke rumah, bertemu orang tuaku dan menunggu sampai aku datang, setelah itu dia 'mengingatkanku' bahwa ada pesta pernikahan teman yang mesti kami hadiri -- tentu saja sebenarnya tidak ada pesta, tapi itu adalah sebuah ancaman dari Andi untuk pergi dengan dia, atau dia akan menceritakan segalanya ke orang tuaku. Dengan sebal aku hanya bisa mengangguk, lalu aku berganti baju dengan pakaian pesta dan pergi dengan Andi.
Seperti yang bisa kukira sebelumnya, Andi langsung mengarahkan mobil BMW-nya ke sebuah hotel bintang lima, tanpa basa-basi dia langsung cek-in. Aku hanya mengikuti di belakang dia seperti wanita murahan, staf hotel melirik-lirik tubuhku yang hanya tertutup dress pesta yang minim. Selesai mengurusi pembayaran, Andi meremas-remas pantatku dan mengarahkan kami berdua ke elevator. Tanpa banyak bicara kami masuk ke kamar dan menanggalkan pakaian masing-masing, kecuali sepatu hak tinggiku (aku ingat dia suka sekali aku mengenakan sepatu hak tinggi, kalau kulepas, toh dia bakal menyuruhku mengenakan itu lagi). Dengan kasar Andi mendorong tubuhku ke ranjang, dia langsung menyambar kemaluanku dengan mulutnya yang mahir sekali memancing gairahku. Tanpa terasa lirihan-lirihan seksual keluar dari bibirku, dibarengi cairan-cairan kental yang keluar dari bibir bawahku. Sambil memegang leherku dengan erat, Andi menusukkan kemaluannya di rongga kewanitaanku. Seperti sepasang kekasih yang sudah sering memadu cinta, kami dengan cepat memuaskan satu sama lain. Ronde berikutnya Andi menyetubuhiku menghadap dinding, entah bagaimana dia ternyata sempat menaruh kamera yang mengambil foto dengan otomatis, dan itulah yang terpampang di ponsel sekarang. Semalaman aku dan Andi saling memuaskan satu sama lain, dan di akhir malam itu kami sempat membicarakan keadaan kami berdua sambil berpelukan bugil di bawah selimut:
"Ness, aku tahu kita bukan pacaran kok.. aku tahu kemaren ini kamu hanya pengen mengambil DVD itu kembali"
"hmm.. " ujarku setengah mengantuk
"Ya sudah.. aku rela kok mengembalikan DVD itu ke kamu, anggap aja malam ini untuk melunasi harga DVD itu"
"hmm... " ujarku kembali dengan sangat mengantuk
Pagi itu, aku mengenakan kembali pakaian pestaku dan pulang ke rumah dengan tenang, kukira urusan dengan Andi sudah beres. Sampai malam ini....

"mbak.. mbak ness", anak bertoga itu memanggilku.
"eh.. iya ?"
"Andi bilang, tunjukkan foto itu ke mbak nessa, lalu aku bakal dapat hadiah dari mbak nessa", ujarnya dengan senyum mesum
Aku melayangkan tangan kananku untuk menampar bocah kurang ajar itu, tapi ternyata dia jauh lebih cepat dan menangkap tanganku, lalu dia membalikkan tubuhku dan memeluk aku dari belakang,"Ness, jangan coba-coba gitu lagi ya, toh kita engga mau reputasi mbak nessa di kota ini jadi hancur. Gini deh.. namaku Dion, aku hanya di kota ini untuk empat tahun, kalau nessa bisa melayaniku satu malam per minggu aku sudah senang sekali, engga perlu menyebarkan foto-foto yang memalukan ke siapa2."

Perlahan-lahan dia melepaskanku ke sofa lagi,"mulai malam ini.. aku suka sekali melihat kamu pake pakaian pramuka yang seksi seperti ini. Jam 11 malam di apartemenku, jalan xxxxxx".
Sambil cengengesan, Dion berjalan keluar meninggalkanku yang bingung entah mau bagaimana. Cukup lama aku terduduk di sofa tanpa bergerak, tidak berani kembali ke realitas dunia dimana aku baru saja diancam oleh mahasiswa baru yang masih bau kencur. Tapi toh aku tidak punya pilihan lain, jam sudah menunjukkan pukul 22:30, aku sudah duduk sendirian di sini sekitar satu jam.
Dengan gontai aku melangkah ke lapangan parkir dan masuk mobilku, menyetir menuju apartment Dion.

Ternyata Dion tinggal di daerah penuh dengan apartemen yang baru, dekat sekali dengan kampus. Aku benar benar merasa seperti seorang pelacur, mengenakan pakaian yang minim seperti ini, ke apartment lelaki yang baru saja kukenal, sebagai pemuas seks. Kutelan dalam-dalam sisa-sisa harga diri yang masih ada di otakku, dan kuketuk pintu. Dion membuka pintu dengan hanya mengenakan sepotong handuk di pinggangnya, ternyata baru selesai mandi. Lagi-lagi otot2 tubuhnya terpampang jelas, terus terang aku jadi tergoda membayangkan tubuh yang berotot itu menghimpit buah dadaku. Dia mempersilahkan aku masuk dan menawarkan air minum. Aku duduk di ruang tamunya sambil memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya. Dion selesai mengeringkan badan, dan ikut duduk di sofa sebelahku. Tanpa banyak berbicara, dia mulai menciumi bibirku, kami berdua saling memagut dan berciuman di sofa, mula-mulanya agak jinak, tapi lama-lama semakin ganas. Tangan Dion sibuk menjelajahi pahaku, mulai dari lutut terus merayap ke atas, pelan-pelan sampai dia menemukan celana dalam renda2 (kecil sekali, seperti di kanan ini). Jemarinya mulai menggosok-gosok dan memutari tombol kenikmatan di antara pahaku. Tanganku perlahan-lahan mengocok kemaluan Dion yang keras sekali, dan terus terang lumayan besar. Dengan sekali tarik, ia melepaskan handuknya, terpampang jelas kemaluan lelaki yang sangat tegang dan berurat besar. Punggungku tersampir di sofa, tampangku terang-terangan sangat terangsang, napasku berat dan terengah-engah. Dan kemaluanku sudah menetes-netes tidak karuan.
Dion dengan sangat ahli memancing nafsuku, ya, anak bau kencur itu dengan hebatnya membuatku melayang-layang dan membangunkan naluri biologisku untuk disetubuhi. Dion menjambak rambutku dengan erat, lalu dengan seenaknya menjejalkan penisnya ke mulutku. Leherku seolah-olah dipakai seperti sebuah vagina yang meremas-remas kemaluannya.
"oh yeahhhh! sedot kontol gua.. dasar lonte loe.. kakak gua sering banget nyombong tentang ngentotin eloe, sekarang giliran gua.. oohh.. hmm. emang bener kata kakak gua, elo ini jago banget nyepongin kontol. Udah.. udah.. sekarang kita maen yang laen," Dion lalu menjambak rambutku dan menyeretku ke balkon apartment yang gelap. Untung apartment dia ada di lantai atas yang tak mudah di lihat orang2 di jalanan, balkon itu menghadap kolam renang yang ada di tengah2 kompleks apartemen. Kedua tanganku memegang pagar balkon dari besi, tepat sekali di atas dua orang yang sedang berenang di kolam.

Tangan Dion lagi2 merogoh2 ke tengah pahaku, dia menyampingkan celana dalamku dan membenamkan kemaluannya yang panjang itu. Tanpa tertahan, aku berorgasme seketika itu juga, saking banyaknya rangsangan seksual yang tak terpenuhi sejak tadi. Kewanitaanku meremas-remas penis Dion sementara aku didera kenikmatan yang tiada tara. Dion dengan tenang memeluk pinggulku dan menunggu orgasmeku lewat. Lalu dia mulai memacu tubuh kami berdua, mula2 pelan dan semakin lama semakin cepat. Kemaluannya yang keras bagaikan besi itu meluncur keluar masuk rongga kewanitaanku yang penuh cairan lengket hasil rangsangan. Bibir Dion asyik menjilat dan menghisap leherku, menambah rangsangan seks pada persetubuhan kami itu, sementara tangannya terus menerus mempermainkan puting susuku dari luar seragam pramuka. Ketika badai orgasme itu datang lagi, lenguhan seksual yang sejak tadi kutahan setengah mati, keluar semua. Bagaikan wanita jalang yang sedang berahi, aku berteriak dan melenguh panjang menikmati penis Dion yang tebal. Dan itu rupanya membawa Dion ke puncak birahi juga, penisnya mulai membesar di dalam vaginaku dan menyemprotkan sperma ke dalam rahimku. Aku ambruk kecapekan di balkon itu, jatuh terengah-engah di lantai. Dion pun duduk sebentar di sebelahku, lalu dia mencium pipiku ,"Pantas kakakku suka sekali memperkosa kamu, memek kamu legit sekali, mungkin sekali-kali kita mesti gangbang barengan dia dan Andi ya ?" ujarnya sambil senyum menjijikan. Ternyata kakaknya itu Edo, pantas penisnya mirip sekali, keras seperti Edo.

Tanpa kesulitan yang berarti, Dion mengangkat tubuhku ke pundaknya, dan membawaku ke kamar tidurnya. Lalu dia melepaskan seragam pramuka-ku. Ronde kedua dimulai dengan jilatan-jilatan yang sangat merangsang di buah dadaku, sementara dua jari Dion asyik keluar masuk kemaluanku. Aku sempat terhanyut permainan Dion yang cukup hebat itu, sampai akhirnya keluarlah sifat-sifat seperti Edo, dimulai dengan tempelengan yang keras, Dion lagi-lagi mencelupkan kemaluannya dalam posisi misionaris, dua lengan yang kokoh memegang tubuhku di tempat sementara pinggulnya bergoyang-goyang dengan sangat erotis, menghantarkan kami berdua naik dan naik terus. Tangan-nya yang berotot mencengkeram leherku dengan keras sampai aku megap-megap, dan tangan yang satu lagi sibuk memilin puting susuku dengan keras, persis seperti Edo ketika memperkosaku. Dengan teriakan keras, Dion menumpahkan spermanya lagi di dalam rahimku, sambil bersumpah serapah," GUE KELUAARRRRRRRR..... AHHHHHH. LONTEEEE LOEEEEEE".

Lalu dia ambruk di sampingku. Sambil mengejar napas, dia bertanya ,"Ness, tidur di sini ya malam ini".

Dan seperti yang kubayangkan, aku akhirnya tertidur di ranjang Dion sekitar jam empat pagi setelah melayani nafsu seks Dion lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi....

Aku terbangun sekitar jam 6:30 pagi, tubuhku terasa remuk tak bertulang, air mani belepotan di paha dalamku. Sambil mengendap-ngendap, aku mengenakan seragam pramuka kembali dan menyetir ke rumahku.

3 comments:

mockingjay said...

beneran ini? what a tricky situation you are, mbak nessa. Saya bisa memberi beberapa advice, jika mbak mau.
anyway, terus posting ya mbak, hehe.

Anonymous said...

Wah..
setelah sekian lama akhirnya apdet lg nih blog.. :)

Anonymous said...

setelah lamaaa banget ga muncul, ada juga terusanya. ayo mba jangan berhenti nge blog kasihan penggemarmju