Saturday, July 06, 2013

Dion Part 2

Untuk beberapa minggu setelah pertemuanku (dan percumbuan) pertama dengan Dion, dia selalu mengirim SMS setiap hari Jumat siang, memintaku untuk datang ke apartemen dia malamnya, dan aku tak punya pilihan kecuali untuk menuruti kemauan dia.
Biasanya aku datang sekitar jam 10 malam, mengenakan pakaian seadanya (biasanya aku mengenakan rok mini dan sekedar t-shirt), lalu kami berdua duduk di ruang tamu. Mulanya memang agak kaku, tapi lama-lama Dion menjadi sering bercerita tentang hari-harinya di sekolah, sambil suara TV mengisi latar belakang di ruangan. Mau tak mau, aku seolah-olah menjadi pacar Dion yang tempat curhat, teman mengobrol, bertukar ide. Aku hanya mengangguk-angguk mendengar cerita Dion, sesekali memberikan saran atau bertanya. Beberapa lama sesudah Dion mulai bercerita, biasanya kami berdua tahu-tahu sudah saling berciuman di ruang tamu, entah siapa yang memulai.
Dilanjutkan dengan menanggalkan pakaian masing-masing sambil berciuman dan pelan-pelan menuju kamar tidur. Sudah tak terhitung jumlah kepuasan seks yang kami reguk bersama di ranjang Dion (dan tempat2 lain di apartemen itu). Biasanya aku tiba kembali di rumahku sekitar jam 2 subuh dengan tubuh yang letih setelah numpang mandi sebelum pulang. 

Hari Jumat itu agak berbeda dari biasanya. Sejak kejadian di cerita "Kasar Sekali", aku membantu Tina memenangkan bisnis klien yang besar, dan reputasiku di kantor menanjak sekali sebagai ahli sales dan business development. Meskipun pekerjaanku sebenarnya sangatlah teknis di bidang sains (berkat pendidikanku dan gelar scientiae magister dari salah satu sekolah engineering terbaik di negeri ini), aku sering diberi pekerjaan sampingan untuk membantu tim sales perusahaanku untuk memenangkan bisnis klien yang besar. Dari pertemuan2 dengan klien itulah, aku bertemu dengan Adam, seorang eksekutif muda di perusahaan klien-ku. Kami sering mengontak satu sama lain lewat Facebook setelah negosiasi bisnis selesai, dan dia sudah memohon-mohon untuk bertemu lagi denganku untuk sebuah date. Akupun akhirnya luluh dan setuju untuk bertemu hari Jumat malam ini, kami akan makan malam lalu minum-minum di beberapa pub di daerah pusat kota. 

Seperti biasanya, Dion mengirim SMS Jumat siang,
"Ness, malem ini jam 10 di tempatku lagi ?"
"Gua engga bisa malem ini, gimana kalo besok aja ?"
Sekitar sejam Dion tak membalas, lalu: 
"Elo ada rencana apa ?"
"Besok deh ya? aku janji kita maen yang elu suka itu.please.. "
"Yang gua suka ? di mulut elo ? atau yang elo pakai seragam SMA?"
"Ya, terserah deh"

Akhirnya Dion mengalah,"ok ness.. kasih tau gua dulu, elu bakal dimana nanti malem? Besok kita maen yang di mulut elo ya"
"ok ok.. gua bakal di pub xxxx"

Sekitar jam 9, aku dan Adam selesai makan malam, ternyata dia sungguh teman mengobrol yang menarik dan cerdas, kami berdua sama-sama suka memasak, menonton film science fiction, kami berdua penggemar musik jazz, kami suka sekali hiking dan camping. Dan yang paling penting, kami sama-sama suka mengikuti dunia teknologi. Kami berdua berjalan satu blok ke selatan, dimana ada banyak pub-pub untuk meneruskan mengobrol dan minum. Ternyata pub yang pertama penuh sekali, dan hampir saja kami batal, tapi Adam melihat ada satu meja di pojok yang kosong. Kami berdua cepat-cepat lari ke dalam untuk menempati meja itu. Letaknya yang dibelakang tiang penyangga menyembunyikan meja itu dari para pengunjung pub yang lain. Sekitar satu jam kami duduk di sana sambil minum, kepalaku sudah terasa agak puyeng, lalu kami berjalan ke pub berikutnya. 


Dari luar terdengar musik berdentum keras, dan di dalam terlihat penuh sekali dengan orang. Kami berdua masuk dan minum sambil menari berduaan. Semakin lama gerakan Adam semakin hot, meraba-raba paha dan pantatku. Mula-mulanya kutepis jari-jari nakal itu, tapi lama-lama aku semakin terhanyut keadaan dan setengah mabuk, aku malah mulai menikmati jari-jarinya yang menyelinap di bawah dress pendek aku. Sembari bergoyang mengikuti dentuman musik, kami berdua berciuman dengan hot di tengah kerumunan pengunjung pub yang padat mengisi ruangan itu. Perlahan-lahan Adam menggiring kami berdua ke pinggiran ruangan itu, ke tempat yang agak gelap. Jemarinya semakin meraja lela mengeksplorasi paha dan celana dalamku. Ciuman dan sedotan mautnya di leherku membuatku berdesah," Uhhhhhh". Sayang tak lama kemudian, band yang sedari tadi main di panggung, mesti beristirahat 5 menit. Adam dan aku terengah-engah mengejar napas dari permainan kami berdua saling merangsang satu sama lain. Adam berbisik di telingaku,"ikut aku pulang malam ini ?"
Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum manis, jelas sekali apa yang dimaksud Adam. 
"Tunggu di sini, aku mau mencari air minum lagi, lalu kita pergi."

Baru saja Adam melangkah ke arah bar, teleponku berkelap-kelip menandakan SMS masuk.   Ternyata dari Dion,"kalau Adam kembali lagi, bilang kamu mesti keluar untuk menelepon mama-mu sebentar."
Kubalas SMS-nya,"mau apa sih kamu? jangan ganggu aku dong"
"jangan macam2 menolak segala. ikutin gua atau foto2 kamu tersebar nanti."

Tak ada pilihan lagi untukku, aku harus berbohong ke Adam. Aku berpura-pura baru saja menerima SMS penting dari mama dan mesti mencari tempat sepi untuk menelepon. Adam dengan mesra-nya menciumku sekali lagi di bibir, sebuah ciuman yang panjang, sambil jemarinya dengan nakal melepaskan celana dalamku yang hanya diikat di samping kiri-kanan. Dia akhirnya melepaskanku sambil berbisik,"jangan terlalu lama ya, aku sudah kepingin mencicipi kamu." Aku meremas kemaluannya yang sudah menegang keras di balik celana, lalu berjalan ke luar pub itu. 

Baru saja dua langkah keluar pub, tiba-tiba tanganku sudah digandeng Dion yang langsung menggiringku ke mobilnya yang diparkir di pojok lapangan parking yang sepi. Tanpa ba-bi-bu, dia menjambak rambutku dan memaksaku berlutut di depan dia. Dengan satu tangan yang bebas, dia membuka ritsleting celananya dan menjejalkan kemaluannya di mulutku. Untung aku sudah biasa meng-oral penisnya dan bisa men-deep throat seluruh kemaluannya tanpa tersedak. Dengan seenaknya Dion menggunakan leherku seperti alat untuk masturbasi yang meremas-remas kemaluannya yang sudah sangat terangsang. Cairan licin mengalir keluar penisnya masuk langsung ke leherku,"Ness, tau engga, kamu tuh lonte punya aku, kalo aku mau pake memek kamu, kapan pun juga, itu punya aku. Bukan punya bule-bule yang pengen ngentotin kamu. Ngerti ??" 
Aku hanya bisa memalingkan tatapanku tanpa berhenti memberikan kenikmatan seksual dengan mulutku. Tak lama kemudian jambakan di rambutku menarik seluruh tubuhku berdiri. Dion mendorong tubuhku menghadap pinggiran mobilnya, ketika tangannya menggapai-gapai kebawah untuk merenggut celana dalamku, dia baru tersadar bahwa aku sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di bawah. Sambil melengos penuh ejekan, Dion melemparkan pertanyaan yang sangat menghina. 
"Heh, lonte, si bule itu udah pernah ngentotin elu belum ?"
Aku menggelengkan kepala dengan lemah, tanpa berani melihat kebelakang. 
Dion menepuk-nepuk kemaluannya yang keras ke celah kewanitaanku, sesekali menggosok-gosok menambah rangsangan di kemaluanku yang sudah basah menetes-netes. 
Perlahan-lahan Dion memasukkan hanya kepala penisnya ke dalam, tanpa sadar aku meminta-minta  untuk lebih,"Please, please.. masukin lebih dalam dong"
Lagi-lagi Dion hanya tertawa mengejek, lengannya yang kuat memegang pinggulku supaya aku tidak bisa menggoyangkan pantatku untuk memasukkan penisnya lebih dalam. 
Sekitar satu menit dia membiarkan nafsuku menggantung seperti itu. 
"Ness, aku tahu kamu pasti bakal tidur sama bule itu malam ini.. Jujur aja. kamu ini cewek gampangan. Tapi yang dia engga bakal tahu itu, dia bakal nyicipin memek bekas gua. Udah penuh sama sperma gua, udah dipakai sama gua dulu. nihhhh...."
Dion tiba-tiba memasukkan seluruh panjang penisnya ke dalam tubuhku, memacu orgasme yang sudah lama tertahan. Aku berdesah nikmat sambil berpegangan ke mobil. 
Goyangan DIon mulai tambah cepat, sambil tangannya menjelajahi payudaraku dan memilin putingku, menambah kenikmatan kami berdua. 
Ketika akhirnya dia klimaks di rahimku, dia menancapkan kemaluannya dalam-dalam, seolah-olah ingin membuatku hamil malam itu juga. Dion lalu mengeluarkan penisnya yang berlepotan sperma dan cairan cintaku, lagi-lagi ia menjambak rambutku dan memaksaku membersihkan kemaluannya,"Inget Ness.. malam ini bule itu mencium kamu, dia tuh menjilat sperma gua di mulutku.. dasar lonte loe."
Lalu dia masuk ke mobilnya dan meninggalkanku masih berlutut di lapangan parkir itu, berusaha mengejar napasku dan mengumpulkan tenaga untuk berdiri setelah orgasme yang dahsyat. Aku membereskan dress dan rambutku sebisanya, lalu ke WC di dalam pub untuk membersihkan mulutku seadanya dan mencari kencanku malam itu yang dengan setia menunggu. 

Malam itu dress-ku tersampir di lantai kamar tidur Adam, kami berdua asyik memadu cinta di ranjang Adam, diterangi sinar bulan dari jendela kamar tidur yang terbuka. Adam mengira basahnya kemaluanku itu akibat rangsangan-rangsangan di pub tadi. Kayaknya dia tidak tahu ada sperma lelaki lain di dalam aku dan di mulutku. 

Sejak kejadian itu, setiap kali aku ada kencan dengan orang lain, Dion sering sekali meniduri aku duluan. Malah kadang-kadang dia suka datang ke apartemenku ketika aku sedang berdandan & bersiap-siap untuk kencan, lalu memaksaku bersenggama. Seperti binatang liar, dia hanya ingin menandai tubuhku sebagai miliknya. 


2 comments:

Anonymous said...

alur cerita yg mengalir apa adanya, so natural. sangat menarik!

keep posting dan terus berkarya.

salam

cute_boy11520@yahoo.com

Anonymous said...

Wah g bener tuh dion.
Pantesnya tuh orang di dor aja.
Udah dkasih enak, malah nglunjak.